Halaman

Senin, 20 Juni 2011

Setelah Mati Aku Hidup Lagi


            Boleh percaya atau tidak, ada orang yang telah diyatakan mati namun tiba-tiba dia hidup kembali. Aneh memang, tetapi itulah realitas yang dialami oleh Zakaria. Sebut saja namanya begitu Semua warga menyaksikan  kalau dia telah dikuburkan, namun tanpa di duga seminggu kemudian dia sudah berada di pematang sawah. Tentu saja kampung yang terletak di Kab. Banjar  itu menjadi geger, kaget dan Zakaria dianggap sebagai hantu. Bagaimana kisah nyata ini terjadi? Berikut penuturannya kepada Sdr. Kuswari

            MUSTAHIL, barangkali itulah kata yang tepat yang dialami oleh diriku sendiri. Aku sendiri bingung dan tidak mengerti, bagaimana aku bisa kembali ke alam dunia, padahal aku sudah mati dan dikuburkan. Aku sendiri merasakan sakaratul maut, namun tiba-tiba aku sudah tidak ingat apa-apa lagi.
            Aku memang dilahirkan dari keluarga yang taat menjalankan ibadah. Sejak kecil kedua orangtuaku selalu menekankan agar aku melaksanakan shalat dan mengaji di madrasah yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Aku rajin mengaji Al-Quran dan seringkali mendengarkan pengajian dari para ulama yang ada di daerhaku. Sedikit demi sedikit aku memahami makna hidup di dunia ini yaitu beribadah kepada Allah.
            Keluargaku bukanlah orang yang berada, sehingga aku tidak di sekolahkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, aku sekolah hanya sampai SMP, itu pun tidak tamat karena keterbatasan orangtuaku membiayai. Aku terpaksa  ikut berjualan bersama bapak yang memang sebagai pedagang keliling. Kepahitan hidup sudah aku alami, namun demikian ayah selalu menekankan agar aku tetap rajin beribadah, karena memiliki harta yang banyak bukanlah jaminan hidup bahagia. “Dengan taat kepada Allah, kita telah menjadi orang yang  kaya hati ndan hidup tenang,” ujar bapakku.
            Beranjak dewasa aku pun bekerja sebagai pesuruh di salah satu pedagang yang terbilang  sukses di daerahku. Di situlah aku mengalami berbagai keganjilan, sebab setelah beberapa  bulan bekerja di situ, aku melihat kalau majikanku suka sekali membuat sesaji di malam jumat, pada sebuah tempat di belakang rumah. Aku tadinya mengangap kalau majikanku yang bernama  Raden Ahmat (bukan nama sebenarnya) memang sudah terbiasa memberikan sesaji. Di daerahku memberikan sesaji di malam jumat, bukanlah suatu hal yang aneh, sudah menjadi tradisi percaya kepada roh halus.
            Namun yang membuatku heran dengan Den Ahmat itu, sebab dia tidak pernah sama sekali sholat, bahkan selama aku bekerja di rumahnya, aku melihat kalau dia sangat anti menyebut kata “Alloh”, bahkan kalau aku sholat pun dia seperti melarangku. “Buat apa sholatm toh tidak sholat juga, bisa kaya!”  Kupikir dia memang picik sekali dalam masalah agama, bahkan terkadang melecehkan.
            Tetapi aku melihat sendiri, kekayaan yang dia kumpulkan luar biasa banyaknya, bahkan nyaris aku sama sekali tidak percaya kalau Raden Ahmar memiliki gudang penyimpanan emas. Aku pernah melihat  emas dan intan berlian di gudang itu. Dia sendiri memegang kunci lebih bari sepuluh buah. Namun yang aku herankan, meskipun dia kaya, tetapi aku lihat dia jarang sekali mandi, sehingga jangan aneh kalau dekat tubuhmu, terasa sangat bau sekali.
            Aku sebenarnya sudah tidak mau bekerja di rumahnya sebagai pesuruh. Namun karena tidak ada lagi pekerjaan lain, aku terpaksa menjalani. Memang gaji yang kuperoleh tiap bulan cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan sedikit demi sedikit aku bisa membeli tanah untuk membangun rumah. Kemudian membeli perabotan rumah tangga. Itu sebabnya, di satu sisi aku merasa beruntung bisa bekerja di Raden Ahmat, tetapi di sisi lain, aku tidak suka sikapnya yang kadang-kadang suka marah-marah kalau ada kesalahan sedikit saja. Aku mencoba untuk sabar menghadapi majikanku itu.
            Setiap pagi harus sudah membuka toko kelontongan  yang menjual berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagai agen besar di daerah itu, banyak warga desa yang membeli ke toko itu, kemudian mereka menjual lagi ke konsumen.
            Aku mengetahui tentang Raden Ahmat ini karena satu kampung denganku. Dia memang sejak kecil hidupnya sangat miskin, bahkan ketika meninggal dunia kedua orangtuanya, dia hidup terlunta-lunta tidak menentu, sehingga akhirnya ada bibinya yang mau memelihara.
            Dia menikah dengan perempuan yang masih satu kampung. Setelah menikah, beberapa bulan kemudian, terjadi keanehan pada dirinya, sebab tiba-tiba ia menjadi orang yang kaya mendadak. Dengan-dengar sih katanya dia sukses menjadi agen toko kelontongan, namun ada juga bisik-bisik kalau dia itu ikut pesugihan di daerah Jawa Tengah dan sejak itu hidupnya subur dan makmur.
            Aku sendiri tidak peduli dengan pesugihan yang dilakukan Raden Ahmat, sebab bagiku tidak ada masalah, yang penting aku bekerja di toko miliknya dan mendapatkan gaji tiap bulan dengan halal.
            Sebelum aku bekerja  bersama Raden Ahmat, aku  pernah dengar ada yang pernah bekerja dengannya, yang juga sebagai  pesuruh,  namun tidak lama  dia meninggal dunia karena terjatuh dari lantai dua. Warga sendiri tidak curiga dengan kematian yang dialami oleh pembantu itu, sebab dianggap wajar-wajar saja.
            Memang sebelum aku bekerja di sana, beberapa orang pernah mengingatkan, namun aku tidak peduli, sebab saat itu aku sangat butuh sekali uang untuk kebutuhan nafkah sehari-hari. Apalagi anakku yang pertama masuk ke SD, sehingga butuh untuk membeli pakaian seragam, buku dan bayaran sekolah,
            Aku sendiri tidak merasa takut mendengar kabar pesugihan yang dilakukan Raden Ahmat, bahkan aku menjadi penasaran, dengan praktik menjadi kaya seperti itu. Aku yakin sepenuhnya, kalau Allah Swt, senantiasa akan melindungi hamba-Nya yang taat dan tunduk menjalankan perintah Allah Swt.
            Itu karenanya, aku tetap menjalankan sholat dan memperbanyak zikir selama bekerja di Raden Ahmat. Aku ingat nasihat orangtuaku, agar selalu memperbanyak  ayat kursi agar tidak ada gangguan  setan kepada diriku. Aku menjalankan amant bapakku, dan memang selama aku bekerja tidak ada suatu gangguan yang berarti pada diriku.
            Namun suatu ketika aku merasakan ada hal yang aneh pada rumah Raden Ahmat, ketika aku disuruh untuk menjaga rumahnya karena dia ada  keperluan bisnis ke Jakarta. Malam itu setelah sholat Isya di rumahnya, aku merasakan suasana yang benar-benar menakutkan, bahkan aku melihat ada makhluk halus yang berusaha mengangguku. Tentu saja aku kaget, sebab baru pertama kali aku berhadapan dengan hal-hal yang gaib.
            Tetapi aku berusaha melawan makhluk halus itu, sekuat tenaga yang ada pada diriku. Kulihat dia sepintas berkelibat di hadapanku ketika waktu sudah menunjukkan tengah malam. Aku terperanjat bukan main, apalagi tiba-tiba aku mendengar suara yang cukup keras;
            “Nyawa kamu akan saya ambil sebagai tumbal?”
            Mendadak bulu kudukku berdiri.
            “Kamu ini siapa?” aku membentak menanyakan kepada suara itu.
            “Ha..ha..kamu berani membentakku hah?”
            “Kamu pasti setan yang ada di rumah ini. Aku tidak takut dengan kamu, sebab kamu adalah makhluk yang dikutuk  sama Allah Swt..” kataku dengan secara keras, sebab secara tidak kuduga aku mempunyai kekuatan besar untuk melawan setan itu.
            “Memang aku makhluk yang dikutuk, namun aku akan berusaha untuk mengambil nyawa kamu…sebab kamu adalah tumbal di rumah ini..”
            “Hai setan, yang menghidukan dan mematikan itu bukanlah kamu, tetapi Allah Swt. Aku akan melawan kamu dengan kekuatan  yang ada pada diriku,” kataku seraya membaca ayat kursi yang sudah kuhapal.
            “Berhenti, kamu jangan membaca ayat kursi di rumah ini, sebab aku paling membenci dengan ayat itu. Kalau kamu tidak menghentikan maka kamu akan saya  bunuh,”
            Ada hembusan yang keras terasa  menerpa  tubuhku, sehingga aku terjatuh ke lantai. Aku berusaha melawan dengan terus mebacakan beberapa ayat suci Al-Quran. Namun rupanya setan yang menyerang bukanlah seorang, mungkin puluhan, sehingga aku tak kuasa menahan serbuan mereka yang gencar.
            Namun di saat terjepit itulah, aku merasakan ada kekuatan besar dalam diriku untuk melawan setan-setan itu. Dengan sekuat tenaga aku terus meneriakkan kalimat “Allahu Akbar” sekeras-kerasnya, sehingga secara perlahan aku melihat bayangan, mereka berlarian tunggang langgang.
            “Hari ini aku mengakui kalah…tapi ingat, kamu akan tetap saya bunuh…kamu akan saya bawa ke kerajaanku..” katanya seraya suara itu menghilang.
            Aku menarik napas panjang, rasanya seperti baru terlepas saja dari perang yang sangat hebat. Hampir saja, aku tak kuasa menahan serbuan mereka yang begitu gencar. Aku masih merasakan sakit di sekujur tubuhku, ketika aku mencoba bangkit. Berulangkali aku mengucapkan istigfar dan berupaya untuk menahan sakit.
            Aku bergegas masuk ke kamar mandi, lalu aku mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat malam. Aneh setelah selesai berwudhu, mendadak  rasa sakitku hilang  seketika. “Subhanallah…berarti setan yang membuat aku terasa sakit itu,” kataku.
            Malam itu aku melaksanakan shalat tahajud. Meski terdengar suara di dapur barang-barang yang jatuh serta berkelebatan bayangan makhluk halus, namun aku berupaya tenang menghadapi semua itu. Aku semakin yakin, kalau di rumah ini, tempat bersemayam  makhluk halus yang jahat, yang ingin membunuh manusia dengan keji. Aku  semakin tahu, kalau Raden Ahmat benar-benar sudah menyembah kepada  setan, ia memperoleh kekayaan dengan jalan yang tidak halal.
            Timbul keraguan dalam diriku, apakah selama ini aku memakan barang yang haram atau syubhat? Apakah tidak lebih baik aku keluar saja bekerja agar aku tidak menjadi korban tumbak Raden Ahmat. Kegelisahanku semakin tak dapat dikendalikan, terutama bila aku ingat, kalau selama ini majikanku adalah pemuja setan.
            Namun untuk keluar bekerja aku  bingung mencari lagi, sebab sekarang mencari kerja sangatlah sulit, bahkan di kampungku banyak pemuda yang mengaggur, meski pendidikan mereka lebih tinggi dariku.
            Aku mencoba untuk sabar bekerja di toko milik Raden Ahmat. Aku semakin mendekatkan diri kepada Allah. Aku bersembunyi-sembunyi untuk melaksanakan shalat atau mengaji Al-Quran. Sementara Raden Ahmat pun semakin memberikan perhatian yang besar terhadap diriku. Bahkan ketika ia pulang dari Jakarta, ia membawa makanan dan memberi uang yang cukup besar.
            Ketika aku ceriterakan persitiwa yang dialami pada malam hari, Dia hanya tersenyum: “Ah nggak apa-apa, rumahku memang sangat disukai makhluk halus, namun mereka semuanya baik dan nampaknya senang kepada kamu!”
            Aku hanya diam saja mendengar itu, meski aku bertanya-tanya dalam hati, apakah memang sengaja Raden Ahmat itu menjebakku dan menumbalkan aku kepada makhluk halus?
            Di rumah aku menceritakan peristiwa itu kepada istriku, tetapi istriku karena pernah belajar di pesantren, hanya berkata  :”Kita harus yakin kepada Allah, sebab kita bekerja adalah ibadah demi membiayai kebutuhan sehari-hari. Tidak perlu dikhawatirkan tentang  kematian, semua  berada di tangan Allah Swt,”
            Istriku tetap mendorong untuk rajin bekerja di toko Raden Ahmat sebab selama ini sudah terasa banyak membantu, bahkan rumah secara kecil-kecil bisa dibangun diatas lahan yang Cuma 2 tumbak.
            Namun rupanya, gangguan terhadap diriku belumlah berakhir. Aku masih ingat ucapan makhluk halus itu, kalau aku dijadikan tumbal dan tidak lama lagi akan menemui ajal.  Aku tentu saja semakin giat beribadah dan rajin berzikir setiap malam untuk mengusir gangguan setan dan meminta perlindungan kepada Allah Swt.
            Tetapi suatu hari ketika aku pulang bekerja, mendadak tubuhku terasa panas sekali dan perut sangat mual. Aku menduga mungikin kecapaian karena siangnya aku banyak pekerjaan di toko yaitu mengangkut barang-barang yang dipesan pembeli. Aku mendapat uang tambahan yang cukup besar dari Raden Ahmat selesai mengerjakan tugas, tetapi malam harinya mendadak  aku kepayahan dan merasakan sakit di sekujur tubuh.
            Sampai malam, badanku terasa panas. Aku berusaha untuk melaksanakan shalat isya sekuat mampu. Aku hanya mampu berbaring dengan napas yang terasa sesak. Wajah istri dan kedua anakku nampak pucat melihat keadaanku yang mengkhawatirkan. Istriku segera memanggil mantri di Puskesmas. Menurut mantri, aku terkena demam yang tinggi. Setelah diberi obat, rasa sakit sedikit berkurang dan aku bisa tidur.
            Namun tengah malam, aku terbangun sebab aku merasakan tubuhku seperti tertindih batu yang sangat berat.  Napasku hampir habis. Istriku terbangun ketika melihatku kepayahan. Berulangkali aku berteriak “Allahu Akbar” sekuat tenaga, sebab  leherku seperti dicekik tali yang sangat kuat.
            Ketika aku terbangun aku melihat sesosok makhluk besar yang wajahnya menyeramkan. Giginya keluar dengan tajam. Rupanya sangat buruk dan tercium bau yang membuat aku mau muntah. Tanganku mencekik leherku sekuat tenaga, namun aku tetap dalam hatiku berzikir sebanyak-banyaknya, sebab aku yakin makhluk itu akan mengambil nyawaku.
            “Kamu memang sangat kuat, namun sekarang batas waktunya kamu harus menjadi tumbal!” suaranya besar dan menggeram.
            Aku kepayahan karena cekikakannya sangat kuat sekali. Aku terus berdoa dalam hati. Aku berusaha untuk melawan makhluk halus. Namun kurasakan semakin aku  melawan, ia semakin kuat mendekap seluruh wajahku, sehingga napasku kehabisan.
            Kulihat istriku memanggil-manggil namaku dan memegang tanganku. Tiba-tiba aku merasakan tubuhku seperti terangkat keatas dan dibawa oleh makhluk halus itu. Aku tetap berzikir dan konsentrasi penuh memohon pertolongan Allah.
            Aku hanya mendengar istriku menangis histeris, disusul oleh anak-anakku. Aku melihat mereka memeluk tubuhku. Aku berusaha untuk menenangkan mereka, namun ternyata aku sudah berada di alam yang berbeda dengan istriku.
            Kulihat banyak tetangga yang berdatangan ke rumah dengan linangan air mata. Aku baru menyadari kalau aku sesungguhnya telah meninggal dunia, namun aku masih penasaran, benarkah aku sudah mati? Tetapi aku merasakan kalau tubuhku melayang-layang di udara dan segera di bawa ke sebuah tempat yang sangat jauh sekali.
            Aku tidak entah berapa lama, namun ketika aku terbangun aku sudah berada di sebuah istana kerajaan yang sangat mewah dan megah. Rasanya aku seperti mimpi, sebab baru pertama kali aku berada di istana kerajaan yang luar biasa hebatnya.
            Hatiku tidak lepas tetap berzikir menyebut asma Allah dan berulang-ulang mengucapkan “La ilaha illallah” selama berada dalam istana.
            Tiba-tiba aku dijemput oleh dua makhluk yang rupanya sangat menakutkan. Aku dibawa oleh mereka ke sebuah ruangan yang cukup besar yang disitu terlihat ada kursi yang megah dan duduk seorang makhluk halus  dengan wajah yang sama-sama menyeramkan. Kulitnya serba hitam dan nyaris aku ingin muntah melihat wajahnya yang sangat mengerikan.
            “Coba bawa orang ini ke sini?” teriak makhluk yang duduk di kursi, yang belakangan aku tahu, kalau dia adalah rajanya di istana itu.
            Aku terus berdoa kepada Allah dan tidak lepas untuk terus menyebut asma Allah.
            Ketika aku dihadapkan kepada raja, tiba-tiba istana itu mendadak bergoyang. Tentu saja Raja itu sangat kaget, sebab baru pertama kali mengalami peristiwa ini.
            “Kenapa istanaku bergoyang begini?” tanyanya kepada pengawal yang ada di situ.
            Mereka semua bergegas mencari sebab istana bergoyang. Namun mereka tidak menemukan penyebab istana mereka bergoyang.
            Aku tetap berzikir kepada Allah sebanyak-banyak, sebab aku yakin mereka akan menjadikan aku sebagai tumbal di istana itu.
            “Hai manusia, tahukah kamu kenapa kamu dibawa ke sini?” tanyanya.
            Aku menggelengkan kepala.
            “Kamu itu sudah diincar untuk menjadi tumbal, karena majikan kamu sudah menyerahkan nyawa kamu untuk dijadikan syarat agar dia tetap menjadi orang yang kaya,”
            Aku terperanjat mendengar penyataan itu. Kemudian, dia berkata lagi:
            “Nah, sekarang kamu akan dibunuh di Istana ini, kamu harus menyembah kepadaku,”
            “Aku tidak mau menyembah kepada kamu, sebab kamu adalah makhluk yang sangat dibenci Allah. Aku hanya menyembah kepada Allah, sampai kapan pun aku akan tetap menyembah kepada yang menciptakan aku,” kataku dengan lantang.
            Aku kemudian membaca ayat kursi dengan keras di ruangan itu. Mendadak istana kerajaan bergoyang sangat hebat, sehingga semua pengawal dan raja ketakutan mendengar ayat suci dibacakan.
            “Wah! bahaya kalau dia dibiarkan terus, istana kita akan hancur.!” ucap raja dengan penuh rasa ketakutan melihat beberapa bangunan sudah retak dan ada lampu-lampu mulai berjatuhan.
            “Jadi apa yang harus kita lakukan?” tanya para pengawal.
            “Segera dia usir dari istana ini, sebab ucapan yang dibacakan oleh orang itu sangat berbahaya bagi kita. Itu adalah kalimat sakti  yang tidak lama lagi, kita akan hancur. Maka segera bawa pergi orang itu, kembalikan dia ke bumi…agar kita tetap selamat!”
            Aku lalu dibawa oleh mereka dengan cepat keluar istana kerajaan. Suasana menjadi ramai di kerajaan, sebab banyak makhluk halus yang mendadak  ketakutan mendengar ayat kursi dibacakan.
            Secepat kilat aku dibawa ke sebuah tempat yang sangat jauh sekali. Aku sendiri tidak tahu, bagaimana mereka membawaku, sebab yang kutahu tiba-tiba setelah sadar aku berada di pematang sawah.
            Aku masih ingat saat itu, beberapa petani sedang panen padi. Tentu saja mereka kaget ketika melihat ada manusia yang sedang berbaring, tidak jauh dari mereka. Aku segera terbangun ketika aku  sudah berada di alam  dunia.
            Ketika bangun, tidak jauh dari situ ada nasi yang disimpan di boboko (boboko, sunda). Tentu saja karena aku sudah beberapa hari tidak makan, melihat nasi yang masih hangat, segera saja aku ambil boboko itu, lalu aku makan dengan lahapnya. Lauk pauk, tahu dan tempe yang disitu pun, aku sikat dengan lahap, karena aku merasa lapar sekali.
            Beberapa orang petanui yang hapal denganku, segera saja berteriak ketakutan sambil menyebut ada hantu di siang hari. Rupanya teriakan petani itu menyebar ke seluruh  kampung, sehingga dalam sekejap saja, warga desa sudah  berkumpul dan masing-masing membawa senjata tajam. Mungkin mereka berjaga-jaga takut terjadi apa-apa.
            Aku asyik saja makan, sementara tidak aku duga kalau ternyata kampungku menjadi ramai dan menuju kearahku yang sedang asyik makan.
            Tentu saja aku kaget, ketika beberapa tetangga yang aku kenal bengong dan terbelalak matanya sebab melihat aku utuh.
            “Kamu bukannya telah mati….mengapa kamu ada di sini?”teriak Ustad Jamil yang memang kenal denganku. Dia sendiri yang menguburkan aku.
            “Kamu hantu bukan?” beberapa orang berkata begitu.
            “Aku bukan hantu. Aku adalah manusia. Mana istri dan kedua anakku, suruh mereka datang ke sini?” tanyaku.
            Istri dan kedua anakku yang kebetulan berada di situ, terlihat agak ketakutan, namun terpancar kegembiraan, sebab aku masih hidup. Warga masih bengong dengan kejadian yang menimpa diriku.
            Suasana terasa sangat tegang. Untung saja, Ustad Jamil mendekatiku dan berkata sekali lagi.
            “Benarkan kamu ini   Asep…bukankah kamu ini sudah mati dan dikuburkan?”
            “Aku Asep…aku sebenarnya belum mati, sebab aku dibawa oleh makhluk halus?”
            “Jadi yang di kubur itu siapa?” tanya Ustad Jamil.
            “Begini saja sekarang, mari kita lihat ke kuburan, gali kuburan itu. Benarkan mayaku atau bukan?” kataku lantang.
            Meski masih ragu, namun kulihat istriku mulai berani mendekati.
            “Bu, aku bukan hantu…aku adalah suami kamu” kataku.
            Tiba-tiba istriku langsung saja berlari mendekati dan merangkulku dengan menangis penuh kegembiraan. Demikian pula dengan anakku.
            Wajah warga kampung masih diliputi rasa penasaran, sebab baru pertama kali terjadi ada peristiwa ganjil yang mengherankan.
            Semua warga berjalan menuju kuburan.Beberapa orang masih tidak percaya melihat aku. Mereka yakin kalau aku sudah meninggal dunia seminggu yang lalu. Tapi mengapa sekarang ada di sini dengan tiba-tiba.
            Setelah tiba di kuburan, tiga orang disuruh  menggali  kuburan oleh Ustad Jamil.
            “Semua warga harus melihat, apa sesungguhnya yang di kubur itu, aku atau bukan?” kataku dengan suara keras.
            Dengan suasana tegang dan masih diliputi rasa penasaran, semua warga menyaksikan penggalian kuburan.
            Tidak lama, 3 orang penggali kubur itu sudah bisa mengangkat mayit ke atas.
            “Nah, sekarang lihat, apakah mayit atau bukan ?” kataku.
            Kemudia mayit yang tertutup kain kapan itu dibuka secara perlahan-lahan. Betapa warga kampung terbelalak  ketika kain kafan telah dibuka…sebab yang dibungkus kain kafan itu bukan manusia, tetapi……. pohon kelapa!
            Tentu saja mereka tidak habis pikir, mengapa peristiwa itu bisa terjadi diluar akal sehat mereka.
            Ketika warga semua sudah melihat bahwa yang dibungkus kain kafan itu adalah pohon pisang, segera saja warga berebut bersalaman denganku dan merangkul, sebab mereka yakin kalau aku masih hidup.
            Banyak pertanyaan yang diajukan kepadaku. Aku tidak banyak memberi jawaban,”Nanti saja, aku akan jelaskan semuanya, mengapa aku bisa begini…ini adalah keajaiban yang luar biasa…” kataku seraya berjanji nanti malam di mesjid  aku akan berceritera terus terang mengapa aku bisa hidup kembali.
            Tentu saja masyarakat penasaran ingin segera mendengar kisah yang aku alami, sampai-sampai aku bisa hidup kembali, padahal jelas mereka menyaksikan sendiri kalau aku sudah di kubur.***Tamat

           
           
           
             
              
              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar