Ada rekan kerja bernama Slamet Riyadi di Mitra Bisnis. Ditugaskan di bagian umum di lantai dasar. Sebagaimana tugasnya, maka dia melayani segala kebutuhan karyawan lain. Dia sudah cukup lama berada di lingkungan PR, bahkan telah memiliki rumah dan kendaraan pribadi. Setiap ke kantor, maka mobilnya selalu dibawa. Namanya lebih dikenal dengan sebutan Mas, karena dia dilahirkan di Brebes Jawa Tengah.
Dia sangat rajin sholat dan hubungan dengan sesama rekan kerja sangat baik. Disamping itu,dia rajin mengikuti pengajian yang diselenggarakan di mesjidnya, bahklan dialah yang suka menjemput ustad yang akan ceramah.
Saya masih ingat, bahwa satu kali dia menegur saya karena ketika saya membaca ayat subhanaka Rabbi Izzati 'amma yasifun wasalamun alal mursalin walhamdulillah rabbil 'lamin. "Dalam ayat al-Quran tidak dicantumkan kata subhanaka, tapi subhana...coba perhatikan..."kata Mas seraya memperlihatkan ayat al-qurannya. Disitulah saya baru menyadari, selama ini seringkali mengucapkan subhanaka, padahal disitu tidak menggunakan ka, meski dilihat artinya tidak salah, tetapi karena dalam al-quran tidak tercantum, ya sebaiknya ikuti saja yang ada dalam ayat Quran tanpa menambah atau mengurangi.
Mas Slamet tidak banyak bicara selain yang penting dan berguna. Sayang, dia masih suka merokok. Mungkin dari rokok itulah jantungnya terganggu.
Siang hari sebelum meninggal dunia, aku sempat bertemu dengannya, terlihat wajahnya pucat pasi dan tidak ada gairah sama sekali. Biasanya aku mampir ke ruangannya sekedar untuk bersalaman atau basa-basi ngobrol ke sana-kemari, namun karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan, aku langsung ke lantai 3 ke ruanganku.
Selesai mengetik di komputerku, aku keluar kantor siang hari setelah solat duhur. Waktu keluar terlihat mas Slamet sedang dipijat oleh Iping, mungkin masuk angin, pikirku. Aku melihat sedang tertunduk, tidak menyangka kalau itu adalah terakhir melihatnya.
Aku bergegas keluar, ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Aku lupa lagi, pergi ke siapa dan untuk apa? Hanya yang jelas aku pulang ke kantor lagi sudah sore, dan ketika naik ke lantai tiga, aku bertemu dengan Pak Haji Didin, yang langsung mengatakan sesuatu yang mengagetkan yaitu Mas Slamet dibawa ke rumah sakit Muhammadiyah dan tidak lama di rumah sakit, nyawanya sudah melayang.
Aku kaget, tidak percaya sama sekali, Mas Slamet akan meninggal dunia secepat itu. Sore itu juga, aku dan beberapa karyawan meluncur ke rumah sakit dengan kendaraan kijang milik perusahaan. Selama perjalanan kami berbincang-bincang tentang kematian seseorang yang merupakan misteri dan rahasia Allah Swt.
Ketika sampai ke RS, kami bergegas menuju ruang mayat yang ternyata disitu sudah ada istrinya yang tertunduk lesu, seakan tidak percaya kalau tadi padi masih segar bugar, sekarang sudah terbujur kaku. Kulihat istrinya tabah menghadapi musibah berat itu, apalagi dia meninggalkan anak yang butuh perhatian dan kasih sayang.
Malam itu juga, mayatnya dibawa ke Brebes dengan diiringi kendaraan ambulance milik PR. Aku hanya berdoa dan memohon agar Allah swt mengampuni segala dosa dan kesalahan almarhum *** 29 Januari 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar