Halaman

Rabu, 22 Juni 2011

Kasihan Pa Haji



    Pak Haji  kini hanya terbaring dengan kondisi yang sangat memprihatikan, sebagian tubuhnya yang sebelah  kanan lumpuh total dan mulutnya tidak bisa mengeluarkan suara, kecuali hanya beberapa kata saja, itu pun dengan terengan-engah.
   Sudah hampir 2'tahun kondisi fisiknya tergolek lemah tidak berdaya. Dulu tubuhnya yang kekar, kuat dan besar kini untuk bangun saja dibantu oleh istrinya yang setia menemani. Nyaris keseharian tidak ada yang bisa dilakukan, untuk makan dan minum saja harus dibantu istrinya, demikian pula untuk mandi. Hanya untuk buang air besar, dia berusaha sendiri ke toilet dengan dipapah oleh istrinya.
   Semua orang sudah mengenal karakternya, bahkan sudah tidak aneh lagi kalau dia marah-marah kepada seseorang dengan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyakitkan hati. Meski setiap hari solat dan menjadi imam serta khatib di Mesjid di Gg kecil, namun perilakunya kerapkali tidak bisa dipahami. Boleh jadi karena bekas orang yang sewaktu muda sering ribut atau menguasai ilmu bela diri karate,  maka sifatnya masih  terbawa-bawa. Bahasanya bisa menimbulkan sakit bertahun-tahun lamanya.
   Banyak tetangga yang merasa sakit hati terlebih pengurus mesjid Baiturahman, sebab tatkala mesjid itu dipergunakan solat jumatan, dia tidak menerima dan menantang berkelahi, bahkan tidak cukup itu, dia pun menyurati beberapa orang dengan kalimat kasar dan tidak pantas diucapkan oleh seorang muslim kepada sesama muslim. Tentu saja surat itu menjadi perbincangan warga, bahkan saat itu saya menulis surat keberatan dengan perilaku seperti. Saya menandatangani pernyataan tidak pantas seorang muslim apalagi imam dan khatib mengeluarkan pernyataan penghinaan.
   Saya tidak tahu surat pernyataan warga itu sampai atau tidak kepadanya, sebab saya tidak tahu percis. Saya hanya sekedar mengingatkan saja, bahwa tidak boleh menghina sesama kaum muslimin. Itu saja.
   Sejak  peristiwa itu saya tidak pernah bertemu lagi, apalagi karena rumah sudah pindah ke Sukamulya dan ke Perumahan Cetarip.
    Namun suatu hari saya mendengar kalau dia terjatuh pada saat ada kegiatan di tetangganya. Dia terjatuh ke lantai dan tidak bangun lagi. Segera saja warga membawanya ke rumah sakit dan ternyata dia terkena stroke berat yang berakibat lumpuh sebelah badannya dan mulutnya tidak lagi lancar bicara. Kondisinya sangat memprihatinkan dan kegiatan dakwah pun tidak bisa diakukan.
    Masa-masa menjalani proses penyembuhan, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dia terkadang mengamuk dan belum bisa menerima keadaan yang menyengsarakan hidupnya. Kemarahan dan kekesalan bersatu dalam jiwanya, sehingga ia terkadang berteriak dan mengamuk yang membuat istrinya kewalahan dan kebingungan menghadapi orang yang sakit seperti itu.
   Kini hari-hari dihabiskan dengan berbaring atau duduk di kursi roda. Istrinya yang kini setia menemani segala macam kebutuhannya. Segala yang menipa Pak Haji menjadi cermin yang sangat berharga, warga sudah tahu perilkunya. Sekarang menunggu akibat dari perilakunya yang banyak menyakiti orang lain. Namun Allah lebih tahu, apa yang sesungguhnya tengah terjadi dengan Pak Haji.
  Tenyata tak ada orang yang kuat dan hebat. Dia merasa paling hebat dan bisa memarahi setiap orang yang bersalah atau mengecam orang lain yang berbeda pendiririan, namun kin hanya bisu dan tidak bisa mengucapkan kata-kata lagi. Semoga  Allah swt segera memberi kesembuhan dan bertobat atas segala perbuatan yang menyakiti orang lain. **3 Februari 11    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar