Pengalaman ini dialami oleh Suparno, yang melihat dengan mata kepala sendiri keanehna gurunya, bisa berjalan diatas air. Gurunya merupakan penggiat dakwah dan ajaran tasauf yang sangat saleh. Banyak keunikan yang dimiliki gurunya, salah satunya adalah mampu berjalan diatas air ketika ada seorang preman yang mengajaknya berkelahi. Preman itu dikenal sebagai raja jalanan yang semua orang takut kepada dirinya. Ia memiliki ilmu kekebalan tubuh, sehingga banyak polisi yang takut berhadapan dengan preman itu. Namun dihadapan Haji Nuh, dia bertekuk lutut tak berdaya. Berikut penuturannya kepada Sdr. Kuswari
SEMULA aku tidak tertarik dengan tarekat, apalagi harus mengamalkan zikir selama beratus-ratus kali. Aku paling malas untuk mengamalkannya. Aku lebih suka hidup sebagai preman yang bisa makan dan minum seenaknya, bahkan mabok-mabokkan setiap malam. Itu adalah kesenanganku. Aku paling suka kalau diajak minuman keras bersama kawan-kawan. Boleh jadi, akulah tergolong orang yang paling berani dalam minuman keras.
Aku bekerja sebagai petugas keamanan, yang harus memiliki kemampuan bela diri. Itu karenanya, aku belajar pencak silat, tenaga dalam dan karate. Dengan menguasai ilmu itu, aku merasa percaya diri yang kuat, setidaknya kalau ada yang berani macam-macam aku bisa melawan. Postur tubuhku tinggi besar, sehingga sangat menunjang pekerjaanku.
Sebagai Satpam, aku pikir harus memiliki kekebalan tubuh, maka ketika ada yang menawari, tentu saja aku tertarik dan ingin mempelajari ilmu itu. Maka aku pun berguru pada salah seorang paranormal yang memang mengajari kekebalan tubuh. Aku disuruh mengamalkan/ mewiridkan sala satu ayat suci Al-Quran dan puasa selama 40 hari. Aku jalankan amalan itu, karena aku berkeinginan sekali menjadi orang yang kuat dan tahan terhadap benda-benda tajam. Dengan kata lain, aku ingin menjadi orang sakti, sebab dengan memiliki kesaktian, setidaknya banyak orang yang takut dan tidak berbuat macam-macam.
Memang saat menjalani proses ritual, aku merasakan berat sekali, apalagi harus menjalani puasa selama 40 hari, kemudian mebaca zikir yang diulang-ulang dari surat Yasin ayat terakhir. Walaupun demikian berat, namun dengan kesabaran dan keyakinanaku, akhirnya aku bisa menyelesaikan puasa 40 hari. Maka ketika aku ingin mencoba ilmu yang sudah aku beli dengan tirakat, maka aku pun mencoba mempraktikkan ilmu itu.
Aku duduk dengan khusyu dan berkonsentrasi penuh, kemudian benda tajam pisau yang sudah diasah, aku tancapkan ke kulitku, sama sekali tidak keluar darah. Aku tekan semakin dalam, namun sama sekali pisau yang tajam itu tidak bisa menembus kulitku. Kemudian aku mengambil gergaji, lalu aku gergaji tangan kiriku, sama sekalu tidak berubah, kulitku tetap seperti semula. Aku tersenyum bahagia, berarti kini aku menjadi orang kuat.
Rasa penasaran yang tinggi, ingin mencoba pukulanku, maka akupun berkonsentrasi untuk memukul sebuah tembok besar yang tidak jauh dari rumahku. Tadinya aku iseng saja sekedar mencoba. Aku pejamkan mata dan tanganku bergerak untuk memkul tembok. Tiba-tiba suara terdengar keras sekali, sehingga beberapa orang yang mendengar kaget. Aku sendiri tidak menyangka kalau pukulanku begitu hebat dan ketika aku melihat tembok….aku tercengang…karena tembok itu sudah berlobang besar akibat pukulan tanganku. Tentu saja melihat begitu, aku semakin percaya diri dan yakin kalau petuah paranormal itu tepat dan sesuai dengan keinginanku.
Rasa bangga diri dan takabur, secara tidak sadar sering menyelinap dalam kalbu, boleh jadi itu sebabkan karena aku memiliki kekuatan super yang tidak dimiliki orang lain. Pernah suatu ketika ada seorang preman yang mabok datang ke tempat kerjaku, dia meminta untuk dengan cara yang tidak sopan. Ia mendatangi karyawan sdi perusahaan. Kebetulan pada saat itu aku ada keperluan keluar, sehingga tidak tahu ada yang memeras.
Banyak karyawan yang ketakutan melihat orang mabok meminta uang dengan cara paksa. Bahkan pimpinan sempat kewalahan setelah preman itu mengancam akan membawa anak buahnya, apabila tidak segera memberikan uang.
Aku saat itu ada yang menyusul dan harus segera ke kantor di panggil bosku. Sudah barang tentu aku bergegas ke kantor, sebab panggilan bos merupakan perintah yang harus aku laksanakan. Aku kaget, ketika di ruangan bos sedang duduk preman yang sama sekali tidak aku kenal, dia mengaku berasal dari Banten.
Tentu saja menghadapi orang seperti itu merupakan mangsaku yang harus aku lahap. Maka tanpa pikir panjang, aku angkat preman itu dan sekaligus aku bantingkan ke tanah, seketika dia menjerit dan meminta ampun.
“Dasar kamu kurang ajar, hayo pergi dari sini…awas jangan sekali-kali mencoba minta uang ke sini,” kataku seraya menendang pantat preman yang ketakutan dan ia langsung lari tunggang langgang.
Tentu saju dengan tindakanku seperti itu, aku mendapat acungan jempol dari bosku dan mewanti-wanti agar aku menjaga perusahaan dari tindakan preman yang memang kerapkali ada yang datang sekedar untuk meminta uang.
Di perusahaan, semua karyawan segan kepadaku, sebab mereka tahu sendiri kalau aku bukan sembarang orang, apalagi pernah suatu ketika, ada lima orang yang sengaja memeras bosku. Mereka membawa senjata tajam untuk sekedar menakut-nakuti. Tentu saja bosku gugup dan hampir saja pingsan menghadapi ancaman benda tajam.
Ketika aku mendapat laporan begitu, segera saja aku berlari ke ruangan bosku. Betapa aku kaget ketika bos sedang dalam bahaya, 5 orang itu mengeluarkan senjata clurit dan samurai.
Tanpa pikir dua kali, seketika aku menantang mereka untuk berkelahi denganku.
“Jangan seorang- seorang, semua layani saya. Tapi jangan di sini…ayo kita keluar..!” dengan nafsu mengebu, sebab kulihat bosku ketakutan luar biasa.
Kelima preman itu menatapku tajam dan merasa dihina, lalu salah seorang diantara mereka berkata: “Kurang ajar kamu ini siapa berani melawanku?”
suaranya keras dan menyimpan nafsu amarah di wajahnya. “Ayo kita lawan!”
Aku lebih dulu keluar kantor, dan berdiri di lapangan yang agak luas, sebab aku takut kalau terjadi sesuatu yang tidak diindinkan.
Rupanya karyawan lain pun mendengar keributan itu, sehingga suasana langsung ramai dan ingin melihat apa yang akan terjadi, sebab perkelahian sama sekali tidak seimbang. Semua wajah karyawan cemas, ketika melihat lima preman itu mengeluarkan senjata tajamnya.
Tanpa ada rasa takut, aku mencoba meladeni kelimanya, sebab aku yakin dengan ilmu yang aku miliki, aku bisa mengatasi mereka. Aku bersikap tenang menghadapi mereka.
Ketika aku sudah berhadapan dengan mereka, aku berteriak lantang sekali:
“Silahkan kalian memukul lebh dahulu, mana yang kalian suka?”
Tentu saja mereka bengong . Salah seorang diantara mereka langsung menerjangku dengan membawa clurit tajam mengarah ke wajahku. Aku diam saja, tidak bergerak. Sementara karyawan yang melihat, berdebar-debar, bahkan karyawan perempuan menjerit saat clurit itu kena wajahnya. Namun tiba-tiba,
“Awww….aduh!” terdengar suara preman itu mengaduh kesakitan, sebab secara aneh, ia sudah terjatuh lebih dahulu. Sementara aku hanya menggerakkan tangan sedikit saja.
Wajahku tidak apa-apa, bahkan sama sekali clurit itu tidak melukai wajahku. Tentu saja melihat keanehna itu, semua mata terbelalak. Karena penasaran, 4 orang preman itu pun langsung menyerbu kearahku. Aku pejamkan mata ketika benda-benda tajam itu kena ke tubuhku, ada yang kena kepala, tangan, punggung, leher dan perut. Namun semuanya tidak ada artinya, sebab secara tiba-tiba mereka terjengkang ke belakang. Dan mulut mereka semuanya muntah darah di tempat itu,
Mereka semua berdiri dengan mulut penuh darah segar.
“Ayo siapa lagi yang mau melawan?” kataku menantang. Aku bersiap-siap sebab khawatir mereka menyerang kembali. Namun belum juga bibirku basah, mereka kemudian berlarian ketakutan…
Semua karyawan benar-benar takjub menyaksikan peristiwa yang baru pertana kali mereka saksikan. Mereka tak mengira kalau aku mempunyai kesaktian yang luar biasa hebat.
Sejak saat itu, aku menjadi bahan perbincangan di kantor, sehingga bosku memberikan bonus yang cukup besar bisa mengamankan perusahaan dari orang-orang yang sengaja meminta jatah uang.
Aku merasa beryukur ternyata ilmu kekebalan yang aku miliki banyak sekali gunanya dan semakin mempertebal keyakinanku.
Namun demikian, namanya juga manusia, kerapkali aku ada saja kelemahan dalam diriku, aku terlalu membanggakan diri dan seolah tidak ada orang yang bisa mengalahkan.
Kesombonganku menyelinap dalam diriku secara tidak sadar, sehingga membuat aku selalu ingin disebut jagoan. Suatu kali, aku pernah kaget dan malu pada diriku sendiri, ternyata ada seorang lelaki yang krempeng, berusia agak lebih tua dariku, aku bertekuk letut di lelaki yang sederhana itu. Aku benar-benar kalah telak, padahal lelaki itu sama sekali tidak membuat gerakan atau jurus yang menyakitkanku. Aku dibuatnya bengong dan nyaris tidak percaya dengan keajaiban yang dimiliki lelaki itu.
Dia memang memiliki sebuah majlis ta’lim yang mengajarkan akhlak dan tasauf, yang pengikutnya cukup banyak dari berbagai daerah. Aku memang penasaran dan besar keinginanku untuk menguji sang guru krempeng itu, sebab aku tidak akan mau belajar kepada seseorang yang ilmunya lebih rendah daripadaku.
Tidak banyak informasi yang aku ketahui tentang Ustad Jafar itu, (bukan nama sebenarnya) namun namanya telah melambung tinggi dan banyak orang yang hormat kepada Ustad Jafar. Ketika aku pertama kali melihat saat diberitahu oleh teman, kuanggap remeh. “Orang krempeng begitu, satu kali gertakan oleh tanganku…langsung terjungkal!” kataku dengan sombong dan meremehkan.
Suatu hari lepas ashar, aku sengaja ingin mendatangi Ustad Jafar, ingin menjajagi ilmu yang dimilikinya, apakah dia memiliki ilmu yang hebat, sehebat diriku yang kebal dengan benda tajam. Sengaja kupilih hari waktu Ashar, karena biasanya dia sedang beristirahat di rumah.
Ketika aku datang ke rumahnya, kulihat Ustad Jafar langsung tersenyum dengan ramah, yang tentu saja membuat aku menjadi malu untuk mengajak adu kekuatan ilmu.
“Alhamdulillah, aku bahagia kedatangan bapak, ayo masuk ke rumah…kebetulan istriku sedang menyiapkan makan sore!” katanya mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah.
Rumah Ustad Jafar sangat sederhana dan terbuat dari bambu, namun cukup luas. Di depan rumahnya ada kolam ikan yang cukup luas. Banyak ikan di kolam itu. Di belakangnya adalah kebun yang banyak ditumbuhi berbagai tanaman. Suasana sangat sejuk berada di daerah itu.
“Terima kasih!” kataku singkat karena dalam lubuk hati yang paling dalam aku sesungguhnya merasa malu sebab dia begitu ramah dan langsung mengajak makan sore.
Aku pun masuk dalam rumah yang sederhana itu. Di rumahnya kulihat banyak sekali kitab-kitab kuning serta beberapa foto tokoh ulama diantaranna Syekh Abdul Qadir Jaelani.
“Bagaimana kalau kita makannya di kolam , agar lebih enak dan nikmat,” kata Ustad Jafar setelah aku duduk.
Kupikir yang dimaksud adalah makan di pinggir kolam, maka aku pun menyangupinya.
Ustad Jafar kemudian menyuruh istrinya agar membawa nasi dan lauk pauknya ke luar. Ustad Jafar pun membawa tikar pastik. Aku hanya memperhatika saja.
Ketika sudah ada di dekat kolam, Ustad Jafar lalu melempar tikar ke kolam. Aku heran dengan caranya; apa yang akan dilakukannya. Tikar yang dilemparkan ke kolam itu, langsung membentang dan sama sekali tidak tenggelam. Beberapa saat aku melongo. Tidak lama kemudian, Ustad Jafar mengambil nasi dan lauk pauknya, lalu di lemparkan ke kolam yang sudah ada tikarnya.
Aneh sekali, nasi dan lauk pauk itu sudah berada di tengah kolam. Namun sama sekali tidak tenggelam.
“Yuk kita makan di tengah kolam?” ajak Ustad Jafar seraya melangkahkan kaki berjalan di atas air. Dia berjalan seperti di atas tanah saja, sama sekali tidak tenggelam.
Aku terbelalak melihat peristiwa ajaib yang baru pertama kali aku lihat itu. Seumur hidupku, inilah keanehan yang luar biasa. Mataku tak berkedip ketika Ustad Jafar terus melangkahkan kaki menuju ke tengah kolam dan duduk di atas tikar yang sudah tersedia nasi dan lauk pauk.
“Ayo ke sini? Makan enak di sini?” kata Ustad Jafar yang terlihat tenang dan tanpa sedikit pun ada perubahan dalam dirinya. Ia seolah terbiasa makan di tengah kolam.
Aku menjadi gugup dan bingung. Ilmu yang kumuliki ternyata belum sampai ke sana. Aku ternyata tidak ada apa-apa dibandungkan dengan Ustad Jafar.
“Lho kenapa menjadi bengong? Ayo ke sini?” ajaknya lagi.
Aku diam seribu bahasa, bingung apa yang harus aku lakukan. Padahal aku datang ke sini bertujuan ingin menjajagi ilmu yang dimiliki Ustad Jafar, tetapi baru juga melihat keajaiban itu, aku tak bisa berbuat banyak.
Beberapa kali Ustad Jafar mengajak, aku diam saja di pinggir kolam. Aku merasa malu sekali, aku seperti tidak berdaya. Kakiku seperti sulit untukdigerakkan.
Tiba-tiba, tikar yang diduduki Ustad Jafar bergerak mendekati aku yang masih berdiri di pinggir kolam. Aku semakin terbelalak saja melihat keajaiban itu.
“Sesungguhnya aku sudah tahu, kamu datang ke sini itu mau apa?” katanya dengan mata menatap kearahku. Aku tak mampu menatap wajahnya, apalagi matanya yang bersinar terang seolah matahari.
Aku tertunduk malu.
“Orang yang hebat itu bukan orang yang jago berkelahi dan bisa mengalahkan banyak orang lain. Kamu itu sebenarnya bukan orang yang hebat karena bisa mengalahkan banyak orang, tetapi sebenarnya kamu orang yang diperbudak oleh setan. Buktinya kamu tidak ada apa-apanya,” katanya.
Aku kembali tertunduk malu sekali, seakan aku tidak memiliki wajah.
“Sehebat apapun kamu, sebenarnya kamu tidak ada apa-apanya. Orang yang kuat dan hebat itu, bukan karena bisa mengalahkan orang lain, tetapi orang yang bisa mengalahkan hawa nafsu. Maka kamu harus bisa mengalahkan hawa nafsu dalam diri kamu, maka kamu akan menjadi hebat dan kuat,” katanya.
Nasihat itu terasa bagaikan air yang masuk ke dalam tenggorokan yang haus. Aku baru menyadari, bahwa aku sebenarnya tidak ada apa-apa. Kekuatan tubuhku, bukanlah untuk dijadikan kesombongan, apalagi untuk pamer kekuatan dan mengalahkan orang lain.
“Kamu akan menjadi hebat dan orang akan bangga dengan kamu, kalau ilmu yang kamu miliki bermanfaat bagi orang lain. Nah sekarang aku mau bertanya; apa manfaat yang kamu peroleh dengan ilmu yang kamu miliki itu?”
Aku menggelengkan kepala.
“Jadi kalau begitu, ilmu kamu akan menjadi bahaya bagi kamu, bahkan kamu akan dimintai pertanggungjawab dihadapan Allah dengan ilmu yang kamu miliki. Maka ilmu kekebalan yang kamu miliki berasal dari setan, sedangkan setan itu mengajak manusia ke jalan yang sesat. Sampai kapan kamu akan bertobat?”
Kembali aku terdiam. Aku tak bisa berbuat apa-apa dihadapan Ustad Jafar, aku merasa kecil dan tidak berarti sama sekali. Aku benar-benar tersudutkan dengan ucapan beliau yang sangat menusuk hati.
Nasihat yang disampaikan Ustad Jafar benar-benar telah mengubah jalan hidupku. Aku baru menyadari kalau memang beliau adalah guru yang patut ditiru dan diikuti ajarannya, sebab yang diajarkan beliau adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pantas kalau banyak jamaah yang berdatangan dari berbagai tempat, karena aku melihat sendiri keajaiban yang dimiliki beliau.
Aku berusaha untuk menjadi orang yang bertobat dan mengenal secara lebih mendalam ajaran Islam. Aku ingin berjalan kepada Ustad Jafar menjadi manusia yang berguna di dunia dan akhirat.
Berkali-kali aku mengucapkan terima kasih kepada Ustas Jafar yang telah membuka jalan hidupku kearah yang benar, kearah yang diridhoi Allah Swt. Aku tak ingin menjadi preman dan jeger yang tidak tentu jalan hidupnya. Aku kini menjadi seorang muslimin yang taat dan saleh menjalankan sunah Rasul.
Bulan ramadhan ini, semoga hidayah dan karunia semakin banyak dilimpahkan kepada diriku; sebab aku yakin dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah akan membukakan jalan hidupku.***Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar