Mang Ohan tukang membuat kasur bantal yang setiap hari berjalan kaki untuk menawarkan jasa pembuatan kasur atau bantal. Sudah ditekuni bertahun-tahun menjadi tukang kasur. Bukannya tidak ingin pindah pekerjaan, tetapi karena itulah keterampilan yang dimilikinya. Tubuhnya kecil dan berjalan agak bungkuk, mungkin karena usia yang sudah tidak muda lagi. Semangat kerja masih terpancar di wajahnya, karena dia harus menafkahi istri dan seorang anak lelaki yang masih sekolah di SMA.
Pernah dia bertutur kalau seharian berjalan kaki sampai terasa kaki pegal tak ada seorang pun yang meminta jasanya. Ketika pulang ke rumah, istrinya sudah menunggu untuk membeli makanan, namun uang tak dapat. "Sabar saja Bu, hari ini tidak dapat rejeki!" ucapnya. Istrinya hanya terdiam, bukan sekali dua kali saat pulang ke rumah tanpa membawa uang, terpaksa pinjam ke warung atau tetangga yang masih percaya.
Saya kagum, meski hidupnya miskin dan rumah pun hanya mengontrak, namun dia taat melaksanakan sholat, bahkan setiap solat magrib berjamaah, Mang Ohan pasti ada di antara jamaah. Dia mengerjakan solat lima waktu tidak pernah ketinggalan. Dimanapun berada tengah berjalan, maka ketika mendengar suara azdan, dia bergegas ke mesjid
Setelah saya pindah ke cetarip, saya jarang bertemu apalagi kasur pun sudah tidak digunakan lagi karena memakai spring bed di toko. Hanya saja ketika bertemu dengan anaknya saya langsung menanyakan keadaan bapaknya, yang dijawab bahwa bapaknya sedang sakit di rumah. Saya langsung saja minta diantar oleh anaknya ke rumah kontrakan di daerah cetarip ke dalam.
Ketika sampai di sebuah rumah kontrakan sederhana, berukuran sekitar 3 x 4, saya kaget karena Mang Ohan sudah terbaring dengan kaki terbuju kaku tidak bisa digerakkan, bahkan ketika dipegang terasa keras sekali dagingnya. Dia mengeluh sakit selama beberapa hari ini. Saya hanya bisa mendoakan agar sabar dan tabah menghadapi ujian sakit ini.
Sejak pertemuan itu, saya tidak pernah melihat wajahnya lagi. Dan baru mendengar kabar dari tetangga, kalau dia telah meninggal dunia. Saya tertegun, dan hanya mampu mendoakannya, kalau tahu saat meninggal dunia, saya akan datang melayat karena bagi saya Mang Ohan memberikan pelajaran tentang perjuangan hidup dalam mencari makanan yang halal. ***1 Februari 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar