Jalan hidup seorang janda tua ini, sungguh membuat saya terperangah, tak terlintas dalam benakku. "Habis apa lagi yang harus ibu lakukan selain jalan ini," ujar Ma Uneh yang sehari-hari pekerjaannya adalah berjualan surabi di dekat rumahku. Jarak rumahku hanya terhalang beberapa rumah saja. Aku di perumahan, sedangkan Ma Uneh di dekat solokan kecil dengan ukuran yang tidak kurang dari 3 x 7 m. Dia hidup seorang diri dengan mengandalkan jualan surabi.
Setiap pagi selesai solat berjamah di Mesjid, maka dia paling rajin mengikuti pengajian di mesjid al-Azhar, bahkan kalau hari jumat tiba, pagi-pagi ibu pengajian sudah membersihkan mesjid. Mereka berusia rata-raya 60 tahunan lebih, namun semangat memakmurkan mesjid bergelora dalam dadanya. Dalam kegiatan hari-hari besar Islam Ma Uneh akan terlihat bersama rombongan.
Tidak banyak bicara sosok seperti Ma Uneh. Dia tidak mempunyai keturunan. Pernah mempunyai suami, namun telah lama ditinggal mati. Jadi Ma Uneh hidup sebatang kara disebuah gubug tua, hanya terkadang ditemani oleh saudaranya yang juga sama-sama sudah tua.
Meski tidak setiap hari, aku selalu membeli surabi yang pakai gula aren maupun yang dibumbui dengan oncom. Surabinya enak dan kadangkala penuh oleh pembeli. Istri saya kalau ada makanan lebih suka memberinya, karena dia suka kasihan melihat nenek yang sudah tua itu.
Namun aku kaget ketika suatu hari diberi kabar kalau Ma Uneh telah meninggal dunia, padahal penyakit yang dideritanya tidaklah berat. Anehnya lagi, Ma Une menurut saudaranya sebelum meninggal dunia, masih sempat berkata :"Umur saya itu tidak akan lama, lihat saja nanti" tentu saja saudaranya kaget mendengar ucapan itu. "Jangan main-main kamu ini!" Katanya.
"Lihat saja nanti!" kata Ma Uneh. Ucapan itu masih terngiang di kuping saudaranya yang dianggapnya hanyalah guyonan belaka.
Namun esok harinya selesai membersihkan mesjid dan selesai pengajian, mendadak dia merasa tidak enak badan, lalu dibaringkan badannya di ranjang kayu yang sudah tahu. Rupanya malaikat maut sudah menunggu di tempat, sebab dengan tanpa merasakan sakit, dia meninggal dunia dalam keadaan tenang tentram.
Sungguh bahagia Ma Uneh meninggalkan dunia dengan tidak mempunyai beban hidup yang berat. Rumahnya yang kecil dan mirip gubug itu, hanya sekedar pelindung panas dan hujan saya. Tidak ada kekayaan besar yang ditinggalkan selain telah memperbanyak amal kebaikan dalam perjalanan hidupnya. Dia mati dalam husnul khotimah dan insya Allah mendapat derajat yang tinggi dihadapan Allah. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahannya.***1 Februari 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar