Halaman

Rabu, 22 Juni 2011

Kang Saelan

   Di usianya yang sudah mencapai 65 tahun, Kang Saelan masih tetap enerjik dan aktif mengembangkan usaha  dengan slogan yang nyunda ayam seuhah. Dulu ia merupakan sosok yang sangat diperhitungkan di lingkungan Pikiran Rakyat. Selain pernah menjadi pemimpin redaksi, dia pun merupakan ketua PWI jawa Barat, sehingga di kalangan pejabat maupun di lingkungan pemda dikenal.
   Namun di lingkungan PR, tidak semuanya menerima gaya kepemimpinannya, sehingga ada beberapa orang yang bersekongkol untuk menyingkirkan. Merasa tidak nyaman berada di PR yang membesarkan dan memberikan pengalaman dalam kariernya, akhirnya dia mengundurkan diri. Kemudian pindah ke majalah Forum Keadilan bersama Karni Ilyas. Di Jakarta kariernya melejit seiring tulisannya yang tajam dan menyoroti masalah dinamika kehidupan di Indonesia.
    Banyak pengalaman hidup menjadi pelajaran yang berharga, termasuk ketika dia menjadi anggota DPRD Jawa Barat dari PBB. Ketika terjadi kasus kavlinggate, dengan diberi uang Rp 200 juta setiap anggota. Namun segera saja uang itu dikembalikan.
   Pernah ia berceritera memiliki tanah di Sukabumi, yang ingin dijual untuk modal usaha, namun sudah beberapa tahun tidak ada yang mau membeli tanah itu. Akhirnya tercetus dalam benaknya untuk mewakafkan saja tanah itu bagi kepentingan salah satu ormas Islam. "Namun tidak lama, setelah mewakafkah tanah itu, tanpa disangka ada orang yang datang ke rumah yang maksudnya menanyakan tanah di Dago yang dulu pernah diiklankan mau dijual,tetapi tidak ada seorang pun yang berminat memberi. Rupanya orang itu menyimpan koran setahun lalu, kemudian berminat terhahap tanah tersebut. Dia membeli tidak menawar lagi, tapi langsung saja membelinya. Allah swt, telah mengatur yang terbaik. Jadi  rezeki itu jangan khawatir, Allah Maha Mengetahui"
    Sekali waktu, menurutnya, dia melaksanakan sholat jumat di Pusdai. Dia ingin sekali ikut menyumbang uang untuk pembangunan mesjid, maka dia keluarkan uang Rp 50 ribu, lalu dimasukkan ke kencleng. Setelah selesai sholat jumat, dia berjalan dan tanpa sadar ada seseorang yang menyapa dan ternyata adalah temannya yang sudah lama tidak bertemu. Kang Saelan diajak untuk makan bersama sambil ngobrol kesana kemari. Ketika selesai makan dan akan berpisah, temannya memberinya uang sebesar Rp 300 ribu, sebagai bekal pulang. Tentu saja dia kaget diberi uang sebesar. "Lumayan kang, saya dapat rezeki lebih," ujarnya.     
    Lain waktu dia berkisah tentang jasnya yang berjejer di lemari. Selama ini jas- jas itu hanya menjadi hiasan saja. Lebih dari 20 jas yang ada di lemari. Rata-rata jas itu dibeli diluar neger. Dulu sangat dibutuhkan untuk acara resmi, apalagi sebagai politisi. Tetapi setelah beristirahat, jas sesekali saja dipergunakan.
   Namun belakangan terpikir, kalau tidak digunakan jas itu, kenapa tidak di infakkan saja kepada orang-orang yang membutuhkan? Maka ketika ada saudara-saudara meminjam jas, dia bukannya meminjamkan, tapi memberikan jas-jas itu. Tentu saja mereka sangat gembira mendapatkan jas yang berkualitas bagus. "Istri saya protes, namun saya katakan, daripada bertumpuk tidak dipergunakan, lebih baik diberikan,mudah-mudahan jadi amal jariyah," katanya.*** 28-01-11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar