Kang Totong, begitu nama yang dikenal di kalangan KB PII Jabar. Dia aktif menjadi pengurus PII sejak masih muda. Ketika KB PII menyelenggarakan kegiatan seminar "dakwah dan budaya sunda" yang diselenggarakan di Gedung IPA, Jl. Surapati. Dia tergolong sibuk dalam acara tersebut bertugas sebagai sekretaris. Namun semua pekerjaan diselesaikan dengan baik.
Dalam setiap kegiatan KB PII, Kang Totong menjadi orang yang pertama sibuk kesana kemari, bahkan pulang malam sudah terbiasa baginya. Tidak heran kalau Kang Nana sering memfungsikan untuk berbagai kegiatan di PII. Dia bekerja tanpa pamrih dan murni untuk pengembangan PII yang sangat dicintainya.
Namun siapapun tidak akan mengira kalau kematian Kang Totong sungguh mengagetkan semuanya, apalagi selama ini tidak pernah terdengar menderita sakit berat. Dia tampak sehat dan masih bisa mengendarai mobil saat nyawanya berpisah dengan raga.
Menurut Kang Nana, dalam perjalanan pulang ke Bandung setelah menghadiri acara pengajian di Sumedang, Kang Totong bertugas sebagai sopir . Selama dalam perjalanan pulang, tidak ada hal yang istimewa atau sesuatu firasat apapun, hanya saja Kang Totong mengatakan kalau tugas dan pekerjaan untuk kegiatan di PII sudah dipasrahkan kepada yang lain. Dia seolah ingin terbebas dari semua beban.
Di saat mobil sedang melaju, tiba-tiba di sekitar daerah Tanjungsari, dia mendadak menghentikan mobilnya ke pinggir jalan. Kemudian, berteriak : "Allahu Akbar " kepalanya tertunduk ke lingkaran stang supir yang dipegangnya. Tentu saja semua kaget. Kang Nana yang duduk di depan pun kaget, dia segera meraba-raba kepala dan tangan Kang Totong, wajahnya pucat. Kang Nana sudah curiga, apa yang sesungguhnya terjadi pada sahabatnya itu, namun ia diam saja. "Supirnya diganti saja" ucap Kang Nana.
Sementara yang duduk di belakang menyangka kalau Kang Totong hanya jatuh pingsan, lalu supir diganti oleh Kang Engkos. Mobil kemudian melaju kembali menuju arah Bandung. Selama perjalanan, Kang Totong sedikit pun tidak bergerak, ia terlihat seperti tertidur di kursi belakang.
Ketika tiba di terminal Cicaheum dan akan pulang ke rumah Kang Totong di Cicadas, beberapa orang penasaran terhadap keadaannya. Namun Kang Nana segera saja berkata, "Dari sejak tadi juga dia sudah tidak ada," tentu saja semua menjerit histeris, tidak menyangka sama sekali orang tadi siang masih bisa berjalan dan mengendarai mobil meninggal dalam perjalanan.
Ketika tiba di rumah, tentu saja istri dan anak-anaknya serta warga sekitar kaget melihat Kang Totong digotong masuk ke rumah. Mereka tidak percaya atas kematian Kang Totong yang kemarin masih segar bugar, kini sudah terbujur kaku, tidak bergerak sama sekali. Jerit tangis memecah kesunyian malam, sebab bagi mereka seperti disambar petir mendapati kenyataan, orang yang selama ini mereka cintai sudah menjadi mayat.
Saya hanya diam terpaku mendengar kabar itu. Serangkaian doa hanya bisa saya panjatkan: "Allahummafir lahu warhamhu wa'fu anhu wa akrim nuzulahu", semoga Allah menempatkan Kang Totong derajat kemuliaan.Amiin ya Rabbal 'alamin.*** 31-1-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar