Dodi, begitu saya mengenal sosok lelaki yang memiliki jiwa seni ini. Saya dekat dengannya, apalagi karena rumahnya tidak terlalu jauh. Saya sering ngobrol panjang lebar. Terakhir saya bertemu di mesjid saat solat magrib berjamaah. Kami mengobrol panjang lebar tentang penyakit yang dideritanya. Memang dia agak kurus. Pernah beberapa kali dirawat di rumah sakit, namun penyakit kuning itu kembali datang lagi. Pernah dibawa ke Ciparay melalui pengobatan alternatif dengan Pak Aef ketua yayasan Nusantara, disitu ada kesembuhan.
Lama tidak bertemu dengan Dodi, hanya ketika mendengar kabar bahwa dia meninggal dunia, saya segera saja menuju rumahnya. Orang banyak telah berkumpul di rumahnya ibunya, sementara tidak ada istrinya kecuali anaknya yang masih kecil. Saya hanya menatap jenazah Dodi, tidak mengira usianya sependek itu, padahal dia memilki semangat tinggi untuk sembuh.
Saya sempat memandikan Dodi dan berulangkali mendoakan sebab saya tahu Dodi sangat rajin mengerjakan solat yang 5 waktu, bahkan saya pernah diundang untuk memberilan ceramah di mesjid dekat rumahnya. Dia tergolong orang yang mempunyai kepedulian terhadap Islam.
Saya baru tahu keadaan yang sebenarnya tentang rumah tangga Dodi ketika berbincang dengan orang yang tahu percis. Istrinya ternyata tidak mau lagi hidup bersama Dodi karena gaji Dodi sebagai guru tidak mencukupi keinginan istrinya yang begitu ambisi dengan dunia. Bahkan, Dodi ditinggal begitu saja dengan anaknya, sementara istrinya pergi ke rumah orangtuanya.
Mungkin masalah rumah tangga yang membuat Dodi tertekan dan tidak kuat menghadapi perilaku istrinya, yang bertolak belakang dengan dirinya. Dia ingin tetap mempertahankan rumah tangga sebab anak yang semata wayangnya tidak ingin terganggu dan goncang jiwanya. Tetapi istrinya tetap sudah tidak mau lagi bersatu, ingin berpisah, ingin mempunyai rumah sendiri.
Masalah rumah tangga, terutama ekonomi yang menjadi pemicunya. Istrinya terlalu berharap besar agar menyediakan kebutuhan rumah tangga yang memadai, namun nampaknya penghasilan Dodi sangatlah terbatas dan tidak memuaskan yang berujung terjadinya perselisihan.
Saat mayatnya akan dikebumikan di Porib Caringin, saya hanya mampu mendoakan agar dia diberi ampunan dan ditempatkan dalam derajat yang tinggi dihadapan Allah swt. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar