Halaman

Rabu, 22 Juni 2011

Abeh


                      
Namanya Abeh, begitu warga memanggilnya. Perawakannya kecil, namun keberaniannya luar biasa lantang. Sewaktu  masih muda dia mengaku memiliki fisik yang kuat sehingga tidak pernah tembus senjata tajam. Selain itu,  giat menekuni ilmu hitam akibarnya mudah sekali marah dan tangannya ringan untuk menampar atau memukul orang lain. Tidak hanya itu, dia pun suka menyiksa istri dan anak-anaknya kalau marahnya sedang memuncak, bahkan Iwan, pernah disiksa habis-habisan sampai terasa sakit seluruh badannya.
            Kisahnya sangat panjang bila diurut dari awal. Namun aku mengenalnya tatkala ia sudah terbaring sakit di Sayati. Saat pertama datang, terdengar suaranya yang kasar dan memarahi seseorang yang telah lama dikenalnya. Orang yang dimarahi hanya diam saja. Saya sudah menduga kalau Abeh ini sudh dirasuki setan, karena ucapannya ngelantur tidak karuan serta nadanya tinggi dan matanya melotot seperti harimau yang akan menerkam mangsanya.
            Ketika semuanya membaca surat Yasin terlihat Abeh marah dan menyuruh berhenti, namun saya mengeraskan suaranya, sebab siapa yang melarang membaca al-quran berarti dia adalah setan. Saya tidak mempedulikan larangannya. Rupanya lama kelamaan dia capai sendiri, akhirnya terdiam tidak lagi berteriak melarangnya.
            Selesai membaca Yasin, Abeh tertidur. Waktu zuhur telah tiba, maka kami pun segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat di mesjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah. Selesai solat, saya dengan Iwan segera kembali ke rumah. Namun sampai di rumah, adik Iwan yang perempuan menangis histeris sehingga membuat kami kaget. Setelah ditanya, ternyata oleh Abeh disuruh agar tangan kanannya dilukai  oleh pisau tajam. Abeh marah karena keinginannya tidak diturut.
            Saya langsung mendekati Abeh, dan berkata lantang. Rupanya suara keras membuat dia ketakutan, "Apakah Abeh menyuruh melukai tangan ?" kata saya. Abeh terdiam, saya terus memberondong dengan pertanyaan. "Apakah ini setan atau Abeh? jawab! Sekarang Abeh maunya apa?" 
            Abeh terdiam tatkala saya membentak keras. Rupanya dia tidak menyangka kalau saya akan bertindak seperti. Dia tidak berkata, selain matanya menatap tajam. Saya pun tidak tinggal diam, lalu dengan gencarnya saya katakan kalau Abeh sudah saatnya insyaf dan tobat kepada Alloh, sebab bila tidak segera kembali kepada Allah, akan mendapatlan bencana.
            Hari itu juga saya membaiat Abeh dengan menjabat tangannya lalu dibimbing untuk mengucapkan syahadat. Abeh mengikuti apa yang saya katakan. Dia diajari untuk mengucapkan al-Fatihah. Dia nampak gembira ketika aku ajarkan tentang makna syahadat dan surat al-Fatihah. Dia khusyu mendengarkan uraian saya, dan beberapa kali mengucapkan terima kasih serta meminta  agar sering datang ke rumah.
            Abeh berceritera kalau sejak masih muda, hidupnya sudah tidak menghiraukan agama, bahkan ia senang berpetualang mencari ilmu untuk kekuatan diri. Maka ia rajin mengunjungi tempat-tempat keramat dan menjalankan tirakat dengan tujuan kekuatan diri. Dia pun memasang beberapa susuk di badannya untuk tujuan kekuatan tubuh, mudah dicintai oleh wanita-wanita.
            Susuk yang dipasang itu ternyata memberi dampak terhadap dirinya, terbukti dia memiliki keberanian yang luar biasa, bahkan tidak segan-segan bertindak diluar batas kemanusiaan. Kalau nafsunya sudah bergolak, tidak seorang pun yang berani melawan, sebab dia ringan tangan. Dalam hitungan detik, kemarahan pada siapapun tangannya ikut bicara.
            Namun akhirnya, kehebatan dan kekuatan yang dimilikiny ternyata tidak ada artinya sebab dia harus menghadapi kematian yang sangat berat. Barulah menyesali segala perbuatannya, ketika menyadari apa yang selama ini dikerjakan bertetangan dengan ajaran Islam.
            Pelajaran yang sangat penting ialah bahwa tidak ada orang yang kuat dan hebat ketika ajal telah menjemput dirinya. ***1 Februari 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar