Halaman

Senin, 20 Juni 2011

Dialog Khalid bin Walid dengan Pendeta


Kisah Ramadhan

Oleh : Kuswari
            Khalid bin Walid adalah Panglima tentara Islam di zaman Nabi. Suatu ketika sehabis menang perang dengan tentara Romawi, pasukan singgah di sebuah tempat. Khalid meninggalkan  rombongan untuk beberapa saat karena ada keperluan. Namun tidak disangka sama sekali, ketika balik ke tempat persinggahan pasukan, ternyata rombongan sudah lebih dulu berangkat.Akhirnya  Dia berjalan sendirian, namun ternyata dia tersesat di sebuah perkampungan yang dikelilingi gunung-gunung.
            Meski kebingungan namun ia tetap berjalan. Dari kejauhan terlihat ada banyak orang yang tengah berkumpul, tentu saja ia gembira, paling tidak bisa bertanya kepada mereka. Setelah didekati, ternyata mereka adalah kaum nasrani yang sedang mendengarkan khutbah dari seorang pendeta muda. Jumlahnya mencapai ribuan, sehingga suasana sangat ramai di perkampungan itu. Khalid tertarik untuk mendekati kerumunan itu. Maka ia pun berada di tengah-tengah mereka. Tetapi tanpa diduga tiba-tiba sang pendeta berkata :”Aku tidak akan menyampaikan khutbah hari ini, sebab ada seorang pengikut Muhammad di perkampungan ini,”
            Tentu saja Khalid kaget, sama sekali tidak menyangka kalau pendeta itu sudah mengetahui kedatangannya. Kaum nasrani yang akan mendengarkan khutbah seketika ribut. Mencari-cari seorang pengikut Muhammad. Hati Kalid dagdidug tidak menentu, sebab kalau ketahuan, risikonya pasti akan dibunuh oleh mereka. Tiba-tiba pendeta itu berteriak keras,”Berbahagialah  seandainya aku mempunyai seribu nyawa, pasti hari ini akan kukorbankan demi agama Islam,”
            Mendengar penderta berkata begitu, seketika Khalid langsung berdiri. Kaum nasrani serentak hendak membunuh Khalid. Namun dicegah oleh Pendeta, “Jangan diapa-apakan, biarkan saja. Wahai pengikut Muhammad segeralah anda kemari?” ujarnya.
            Tanpa berpikir panjang, dengan gagah berani dan percaya diri, Khalid langsung berjalan mendekari pendeta yang tengah berdiri di mimbar. Semua mata memandang kearah Khalid dengan penuh kebencian. Semua menyaksikan dan mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh pendeta itu.
            “Kalau engkau benar sebagai pengikut Muhammad, aku ingin mengajukan pertanyaan kepada kamu? Bisakah kamu menjawab pertanyaan yang selama ini aku ingin sampaikan kepada Muhammad?”
            “Insya Allah aku akan jawab menurut ilmu yang aku ketahui?” ujar Khalid dengan suara keras dan jelas. Suasana benar-benar cukup tegang dan ingin mengetahui perbincangan kedua tokoh itu. Tampak pendeta bersemangat sekali bisa bertemu dengan Khalid
            “Baiklah kalau begitu, sekarang aku ingin bertanya, aku pernah mendengar kalau Muhammad pernah menyatakan bahwa setiap apa saja yang Allah ciptakan di surga, Allah ciptakan contohnya di dunia. Di surga katanya ada pohon yang bernama Thuba yang akarnya Cuma satu, dan mempunyai cabang satu. Ranting-rantingnya menjalar di setiap gedung, istana atau bangunan di surga….bagaimana ini? Apakah ada contohnya di dunia ini?”
            Khalid menarik napas panjang, ia tampak sangat hati-hati menjawab pertanyaan pendeta itu, apalagi yang mendengarkan adalah kaum nasrani yang jumlahnya ribuan orang.
            “Memang benar.  Di dunia ada contohnya, yaitu Allah menciptakan matahari. Ketika matahari itu berada pada siang hari, maka sinarnya menjalar ke setiap gunung-gunung, bangunan, gedung dan istana serta rumah-rumah, bahkan cahayanya menjangkau lautan dan daratan!”
            “Bagus sekali jawabanmu. Sekarang, aku bertanya lagi, aku pernah mendengar Muhammad pernah berkata bahwa  di surga ada 4 buah sungai yaitu sungai arak, sungai madu,  sungai susu dan sungai air tawar yang bening. Masing-masing tidak bercampr. Aku tidak percaya? Apakah ada contohnya di dunia?”
            “Ada contohnya. Allah  Subhanahu wata ala telah menciptakan 4 macam air yang berbeda-beda di dalam tubuh manusia. Antara yang satu dengan lainnya berpisah dan tidak larut. Keempat air itu adalah; pertama,  air yang pahit di telinga. Kedua, air mata yang asin rasanya. Ketiga, air di hidung yang bau dan keempat, air ludah yang ada di mulut!”
            “Jawabanmu sangat tepat, luar biasa! Nah sekarang aku bertanya lagi, di surga katanya ada tempat tidur yang tingginya sejarak perjalanan 500 tahun. Bila penghuninya hendak tidur, ujung tempat tidur  tersebut turun sendiri melengkung ke bawa, barulah ia naik. Apakah ada contohnya seperti itu di dunia”
            “Ada contohnya, yaitu seekor unta. Allah telah menciptakan unta sebagai hewan yang luar biasa hebatnya.  Unta yang tinggi besar itu bisa dibawa oleh anak kecil. Unta sangat tunduk dan taat menurunkan lehernya ke tanah untuk dinaiki seorang anak kecil. Setelah dinaiki, ia bangun lagi!”
            “Bagus sekali jawabanmu. Aku kagum dengan ilmu yang kamu miliki. Sekarang aku bertanya lagi,  aku mendengar bahwa penghuni surga itu makan dan minum terus menerus tanpa merasa kenyang dan puas. Apakah ini ada contohnya di dunia?”
            “Ada contohnya, yaitu janin dalam rahim seorang ibu. Setelah umur 4 sampai 9 bulan, seringkali bayi dalam kandungan menginginkan sesuatu, maka Allah menggerakkan hati ibunya untuk makan sesuatu sampai kepada janin. Dan ia tidak merasa kenyang dan puas!”
            “Benar sekali jawabanmu. Nah sekarang aku akan bertanya lagi?”
            Seketika Khalid bin Walid langsung memotong pertanyaannya, “Wahai pendeta kamu tidak adil, aku sudah menjawab 4 pertanyaan dari kamu. Sekarang aku hanya bertanya satu saja?”
            Pendeta terdiam, dia merasa terpojok dengan pertanyaan Khalid itu. Lalu berkata,
            “Baiklah kalau begitu, bertanyalah apa yang ingin kau tanyakan kepadaku?” ujarnya.
            “Aku hanya ingin bertanya, apakah sesungguhnya kunci surga itu?”
            Pendeta terperangah mendapat pertanyaan yang menyudutkan itu. Namun segera ia menjawab,”Kuncinya adalah kamu  beriman kepada Isa dan Maryam!”
            Seketika langsung Khalid lantang membantah,”Wahai pendeta, demi kebenaran Isa dan Maryam, sesungguhnya engkau tidak menjawab pertanyaanku dan tidak mempercayaiku tentang kunci surga!” wajah Khalid memerah, pertanda marah dan matanya menatap tajam pendeta yang terlihat gugup dan salah tingkah.
            Mendapat bantahan tersebut, pendeta segera saja menghadap kepada hadirin yang tengah mendengarkan dialog tersebut. Lalu pendeta itu berkata,”Wahai saudaraku, ketahuilah aku bersumpah dengan lelaki dihadapanku ini. Rupanya ia takut kepada kita. Kalian tidak boleh dan haram bersumpah  seperti apa yang ia bersumpah tadi.  Orang ini bertanya kepadaku tentang kunci syurga….sungguh sebuah pertanyaan yang indah dan bagus sekali. Wahai saudara, menurut kitab-kitab yang pernah kubaca…..bahwa sesungguhnya kunci surga itu adalah……ucapan kalimah “Laa Ilaha Illalah, Muhammad Rasulullah, Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, diucapkan oleh seorang hamba dengan penuh keikhlasan,”
            Suasana bergemuruh saat pendeta selesai mengatakan itu. Khalid bin Walid berkali-kali menarik napas panjang, sangat bahagia dengan jawaban pendeta itu. ***Penulis Dosen FKIP UNPAS
            Dikutip dari kitab Mukhtashar Rauniqil Majalis karya Imam Usmam bin Yahya bin Abdul Wahhab al-Miriy, Mesir .
             
              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar