Halaman

Rabu, 22 Juni 2011

Mang Haji Dayat



    Mang Haji Dayat adalah suami Bi Yeyeh, adiknya Ibu saya, dulu bekerja di  Angkatan Laut. Badannya agak gemuk dan memiliki sifat pendiam, jarang bicara, namun kalau bertemu sering ngobrol. Dia sangat rajin beribadah, bahkan ketika membangun mesjid di belakang rumahnya, dialah yang mengajak saudara-saudaranya untuk bersama-sama sedekah demi jihad di jalan Allah.
    Mang Haji memiliki anak  5 orang, yang membuat hatinya hancur adalah anak laki-lakinya Hendi, menghilang dari Kadungora dan tidak pernah muncul selama bertahun-tahun, meninggalkan istri dan anaknya. Kemudian yang membuat pedih lagi adalah seorang cucunya perempuan memiliki kondisi fisik yang tidak sempurna, tergolek saja di ranjang, tidak bisa berdiri dan berjalan sebagaimana anak-anak yang lain. Dia lumpuh saat dilahirkan ke dunia.
    Mang Haji menghadapi ujian hidup yang cukup berat, terlebih lagi setelah anaknya yang bungsu bekerja sebagai pilot di Menado,  harus berpisah dan ketiga anak laki-laki yang masih kecil haru bersama-sama di Kadungora. Hidup memang pahit dan memerlukan kesabaran, semua harus dihadapi dengan keikhlasan dan kesucian hati.
    Mang Haji sejak pensiun, tidak banyak aktivitas lain kecuali mengurus cucu dan setiap hari  tidak lepas berada di mesjid untuk melaksanakan solat berjamaah atau mengadakan kegiatan keagamaan. Di belakang rumahnya ada sebidang tanah yang dipergunakan untuk kandang ayam, tanaman jambu dan balong untuk membudidayakan ikan-ikan.
   Rumah tinggal berada di pinggir jalan raya yang tidak terlalu jauh dengan rel kereta api, sehingga kalau ada kereta lewat suaranya bergemuruh dan menggetarkan rumah.
     Setiap hari, Mang Haji menunggui cucunya yang tergolek lemah di ranjang. Dialah yang menyuapi makan dan minum serta menemaninya hampir setiap waktu. Cucunya yang satu ini ditakdirkan sejak lahir memiliki kelainan, lumpuh kakinya dan hanya berbaring seharian. Wajahnya sesekali tersenyum atau tertawa. Waktunya dihabiskan di ranjang kecil dengan boneka mainan. Sungguh kasihan!
   Sudah lama saya tidak bertemu. Namun betapa kaget ketika suatu hari ada kabar kalau Mang Haji meninggal dunia, maka bergegaslah  saya bersama kakak  ke sana. Jenazah sudah ada di rumah dan sudah dimandikan. Saya belum tahu apa penyebabnya.
    Menurut Bi Yeyeh, memang selama ini juga ada penyakit darah tinggi,kolesterol, sehingga rajin kontrol ke puskemas. Namun sore itu ia pergi sendiri ke puskesmas tanpa ditemani siapapun. Tidak disangka kalau hari itu adalah hari terakhir bertemu dengan  suaminya, karena tidak lama ada orang  menyusul ke rumah dan mengabarkan kalau kondisi Mang Haji pingsan di rumah sakit. Bergegaslah Bi Yeyeh ke sana, namun ternyata Mang  Haji sudah lebih dahulu dipanggil oleh Allah. Tentu saja, Bibi menangis histeris tidak menyangka akan berakhir seperti ini.
   "Ada rasa menyesal sampai sekarang. Malam ketika akan tidur, Mang Haji minta dipijat punggungnya, namun Bibi kecapaian...sehingga tidak sempat dipijat...rupanya itu adalah malam terakhir, sebab sorenya Mang Haji sudah meninggal dunia....!" ucapnya.
    Mang Haji dikuburkan di pemakaman keluarga Batu Gede bersama dengan Mama Jatma, Nenek, Mang Aka, Mang Haji Dira dan istrinya, dan terakhir Mang Jajang. Allohumma fir lahum warham hum! ***
3 Februari 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar