SULIT dipercaya kejadian yang menimpa Abdul (60 tahun) ini. Akibat stress menghadapi pahitnya kehidupan, ia pun jatuh sakit dan mengalami gangguan jiwa, sehingga selama 3 bulan tidak mau mengenakan pakaian. Ia selalu bertelanjang, karena terasa tubuhnya kepanasan.Kemudian dia jatuh sakit stroke dan berbaring saja di ranjang. Meski sudah berobat, namun belum juga sembuh. Dia sudah tidak ada harapan lagi bisa sembuh dan hanya menunggu detik-detik kematian. Bahkan dia sudah merasa berada di alam kubur dan ditanyai oleh malaikat. Kisah menarik ini dituturkan kepada Sdr. Kuswari
BILA mengingat masa setahun yang lewat, napasku berhenti sesaat, aku nyaris tidak percaya kalau sekarang masih diberi kesempatan hidup. Padahal saat itu, aku benar-benar sudah berada diambang kematian. Aku sudah berada dalam posisi terlentang di tengah rumah. Istri dan anak-anakku menangis saat aku hanya tinggal napas yang masih turun naik. Semua keluarga besarku sudah berkumpul di rumah dan tinggal menantikan nyawaku berpisah dari tubuhku. Aku sudah pasrah, apalagi aku merasakan kalau seluruh tubuhku sudah dingin membeku. Hanya saja mulutku masih terlihat mengeluarkan napas secara perlahan-lahan. Dalam hatiku aku terus menerus mengucapkan “Subhanallah”. Kudengar beberapa orang yang sedang mengaji ayat suci Al-Quran Yasin yang mengiringi kepergianku untuk melepaskan nyawa. Namun di saat itulah…terjadi sesuatu luar biasa, yang sampai sekarang aku tidak tahu, mengapa bisa terjadi begitu…
Sejak kehilangan ibuku dan anakku yang meninggal dunia hampir berbarengan, semenjak itu pula aku mengalami perubahan yang drastis. Aku merasakan sedih, kecewa dan tidak bisa menerima kenyataan itu. Apalagi dengan kematian anakku yang terserang penyakit kanker, aku benar-benar dalam kebimbangan dan protes terhadap Tuhan. Aku mempunyai prasangka yang jelek kepada Sang Pencita, aku merasa dikucilkan dan tidak ada artinya hidup ini.
“Bapak harus sabar menghadapi semua ini,” istriku selalu menasihati demikian, namun kata sabar seolah telah hilang dalam kalbuku. Aku tetap belum bisa menerima kematian ibu dan anakku, mereka adalah belahan jiwa yang selalu melekat dalam kalbu. Kehilangan mereka bagiku bagaikan seorang burung yang kehilangan sayap, aku merasa lemah dan tidak bersemangat menghadapi masa depan.
Bila teringat mereka, aku tak kuasa menahan tangis, sebab mereka menjadi jalan semangat dalam mengarungi roda hidup ini. Apalagi ibu, aku merasakan kasih sayang luar biasa, beliau yang mendorongku untuk selalu hidup rukun dan damai dengan siapapun. Demikian pula dengan anak gadisku yang sedang tumbuh mekar, kehilangan dia bagaikan menghadapi bencana yang luar biasa dahsyat.
Akibat memikirkan mereka berdua, rupaya dalam diriku telah terjadi strees yang cukup berat, sehingga oleh ahli psikologi aku mengalami depresi. Istriku selalu berusaha untuk menghibur, demikian pula dengan kakak dan adikku, namun di mataku nasihat mereka sama sekali tidak ada apa-apanya, aku malah hanyut dengan keadaan duka yang mendalam.
Aku merasa dalam tubuhku ada makhluk yang selalu mengikuti dan mengajakku berbuat hal yang negatif;misalnya menyuruh aku untuk memukul orang lain yang sedang berjalan kaki, namun ada lagi makhluk yang menyuruhku untuk tidak melakukan perbuatan itu. Terjadi perang batin yang sangat melelahkan dalam kalbu, sehingga terkadang aku bicara sendirian.
Di tengah malam, kerapkali aku berteriak-teriak tidak karuan yang membuat para tetangga terbangun dan mengelilingi aku di tengah rumah, bicaraku sudah ngawur. Bahkan aku merasakan panas dan tidak merasa enak sekali kalau mengenakan pakaian apapun juga, aku ingin telanjang. Setiap kali istri mengenakan pakaian kepadaku, aku selalu menghindan dan marah-marah, sehingga aku dibiarkan begitu saja.
Aku merasakan ada bisikan makhluk halus yang selalu menggoda dan menganggu. Aku merasa tidak nyaman dengan makhluk halus itu. Aku berusaha untuk melawannya, tetapi aku benar-benar tak kuasa, sebab ternyata dia membawa pasukan yang sangat banyak dan selalu mengitari aku. Namun kalau aku menyebut subhanallah sebanyak-banyak, mereka berlarian ketakutan. Memang zikir itu sangat mempan mengusir makhluk halus, tetapi ucapan itu terkadang berat kuucapkan karena setan terus menerus menggoda agar aku jauh dari Allah. Aku menyesal tidak rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Kalau saja aku memiliki keimanan kuat, mungkin tidak akan terjadi musibah yang seperti ini.
Aku dicap sebagai orang yang sudah miring dan tidak waras, sebab bicaraku sudah ngawur dan tidak bisa dimengerti oleh orang lain. Aku merasakan gangguan setan yang tidak pernah berhenti bahkan mempengaruhi setiap gerak langkahku, aku terkadang merasakan berat harus menghadapi mereka. Badanku setiap hari merasa panas tidak karuan, sehingga aku ingin bertelanjang bulat. Tentu saja istri dan anak-anakku ketakutan melihat gelagat perubahan yang menyolok dalam hidupku.
Tidak ada seorang pun yang masuk memberikan nasihat kepadaku, aku seperti mendengar angin yang berlalu saja. Sama sekali tidak ada yang membekas. Istriku membawaku ke beberapa orang yang bisa menyembuhkan penyakitku. Namun bukannya sembuh, malah uang habis untuk pengobatan, belum pinjaman dari saudaraku.
Kasihan sekali istriku, ia harus membanting tulang menghadapi aku yang menjadi gila karena depresi yang cukup berat. Gangguan pada diriku sudah mencapai tingkat tinggi sehigga harus menjalani terapi pengobatan. Untung saja, suatu ketika istriku membawa ke seorang kyai yang ternyata disitu aku merasakan adanya perubahan, terlebih setelah dia memberikan beberapa amalan yang harus aku lakukan, yaitu memperbanyak zikir “Lahaula wa la quwwata illa billah”. Aku diharuskan membacanya sebanyak-banyaknya dan menyerahkan total sepenuhnya kepada Allah.
Ada perubahan yang sangat menggembirakan ketika hari demi hari kulewati secara berangsur-angsur. Keluarga merasa bahagia melihat perubahan itu, bahkan istriku mengadakan syukuran atas kesembuhanku. Semua merasa senang tidak terkira. Aku pun tidak lagi diganggu oleh makhluk halus yang senantiasa datang setiap saat. Aku lawan dengan terus menerus berzikir dan rajin melaksanakan ibadah di mesjid.
Dunia kembali terasa terang benderang, dan semangat baru menyala dalam dadaku. Aku ingin kembali hidup normal. Aku berusaha untuk melupakan orang yang telah meninggal dunia, sebab tidak mungkin kembali ke alam dunia. “Hidup itu diakhiri dengan kematian, maka kamu harus menerima kematian sebagai takdir Allah.Kita hanya bisa mendoakan agar mereka diterima iman Islamnya dan diampuni segala rupa dosanya,” begitu dikatakan oleh Kyai Ahmad yang selalu memberikan bimbingan dan arahan agar aku hidup sehat kembali.
Namun kesembuhanku tidak berlangsung lama, dua bulan kemudian aku terjatuh di kamar mandiri dan segera saja aku dibawa ke rumah sakit dan ternyata aku terkena stroke ringan yang harus dirawat di rumah sakit. Aku merasakan kakiku sangat sakit dan tubuhku tidak enak. Bahkan makan pun tidak ada semangat sama sekali. Aku terbaring dengan kondisi yang lemah. Aku dirawat selama beberapa waktu lamanya. Namun tidak ada peningkatan, bahkan aku merasa kaki kananku tidak bisa digerakkan. Rupanya kaki yang satu ini menjadi lumpuh. Aku hanya pasrah dan selalu berdoa kepada Allah agar kembali bisa sembuh seperti semula. Hidupku tidak bergairah. Sudah kesal berada di rumah sakit selama dua minggu, maka aku minta dirawat saja di rumah, sebab meringankan biaya.
Selama lebih sebulan aku harus berbaring di ranjang dengan merasakan tubuhku sudah sangat lemah. Makanan yang masuk ke dalam tubuh sangatlah sedikit, sehingga otomatis keadaan badanku melorot kurus kering, turun selama beberapa kilogram. Aku pun sudah putus asa untuk bisa kembali hidup normal. Semua keluarga sudah menengok dan aku selalu mengatakan memohon maaf apabila selama ini banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
Hari-hari kulewati dengan kejenuhan berbaring di ranjang yang sudah tua. Sesekali aku meneteskan air mata bila mengingat penyakit yang belum juga sembuh. Terlintas dalam benakku, kalau tidak lama lagi aku akan menghadap Allah Swt, aku harus bersiap-siap masuk ke liang kubur; tempat yang sangat mengerikan bagiku. Aku berusaha untuk sabar dan tabah menghadapi detik-detik kematian.
Rupanya stroke yang kuderita tidak juga kunjung sembuh, sehingga suatu hari aku merasakan ada yang datang ke rumahku, kulihat dua orang makhluk yang tidak aku kenal sama sekali. Namun aku heran, ketika kutanyakan pada istriku, ia sama sekali tidak melihat siapapun yang masuk ke dalam rumah.
Aku merasakan tubuhku semakin dingin membeku, sehingga membuat istriku kaget dan terlihat tanda-tanda kalau aku akan meniggal dunia. Segera saja, istriku menelepon saudara yang jauh dan dekat untuk bisa menyaksikan saat-saat kematian. Air mata tak dapat dibendung lagi, ketika keadaanku sudah semakin payah. Semua yang hadir di rumahku, hanya bisa mendoakan dan meneteskan air mata, apalagi napasku semakin terasa sesak. Namun aku masih bisa menyebut “Subhanallah”.
Secara perlahan-lahan, aku merasakan ruhku bergerak naik ke kepala. Kaki sudah membeku dan sama sekali tidak bisa digerakkan, demikian pula selurun badanku sudah membeku. Kedua tanganku sudah disimpan di dada, aku sudah pasrah. Inilah detik-detik yang menegangkan bulu roma. Tiba-tiba aku merasakan rohku melayang di udara, dan seketika aku melihat jasadku sedang ditangisi oleh istri dan anak-anakku dengan tangisan histeris, sedih harus ditinggal olehku.
Aku tidak tahu, bagaimana keluargaku menangisi kepergianku. Jasadku sudah menjadi mayat yang siap untuk segera dimandikan. Aku masih menyaksikan jasadku yang berbaring ruang tengah rumahku. Semua meneteskan air mata. Selanjutnya aku tidak tahu dengan jasadku, sebab ruhku sudah melayang jauh sekali. Dan….
Aku sudah merasa berada dalam kuburan. Benar-benar sangat mendebarkan dan mencemaskan. Inilah peristiwa yang sangat tidak diinginkan olehku. Saat itu aku melihat dua makhluk halus (mungkin malaikat munkar dan nakir) yang datang kepadaku dan mereka menanyakan kepada tentang siapakah Tuhan kamu, siapakah nabi kamu? Aku menjawab pertanyaan yang kedua yaitu Nabi Muhamamd Saw. Sedangkan ketika menanyakan tentang siapakah Tuhanmu aku tidak menjawabnya. Aku diam saja, sebab ada bisikan ke dalam hatiku agar tidak menjawab pertanyaan yang pertama.
Suasana benar-benar sangat menegangkan, apalagi aku merasakan kalau tubuhku sudah terikat dengan tali yang kuat, dan aku kaget ketika melihat ke sebelah kiri adalah api yang bergolak. Disitulah aku memohon ampun dan agar dikembalikan lagi ke dunia. Ketika itu, aku melihat ada makhluk halus yang datang kepadaku dengan rupa yang sangat tampan dan tubuh yang besar, dan kulitnya bersih. Aku memohon kepadanya, agar aku ditolong dan dikembalikan ke alam dunia.
Entah siapa makhluk halus itu, hanya yang jelas aku merasa ada seorang yang akan menyelamatkanku. Mahkluk itu mengaku sebagai Jibril yang akan menolongku. Betapa aku gembira tiada terkira. Di saat menghadapi keadaan yang mencekam, ada yang memberi pertolongan. Entah bagaimana cara menolongku, sebab mendadak tali-tali yang mengikat ke tubuhku, seketika lepas tanpa ada yang melepaskan. Aku kaget, heran dan tidak mengerti. Aku segera berdiri dan segera sujud di kaki makhluk halus itu.
“Sudahlah, sekarang kamu kembali ke alam dunia. Belum saatnya kamu berada di alam ini? Kamu sekarang bisa balik lagi!” katanya.
“Alhamdulillah, aku masih diberi kesempan kembali kea lam dunia…aku akan rajin beribadah,” kataku ceraya memegang kaki lelaki itu yang kulihat sangat putih bersih, dan baru pertama kali aku melihatnya. Beberapa kali aku mengusap-usap kakinya.
Beberapa kali aku mengucapkan terima kasih dan bersyukur bisa ditolong. Tiba-tiba aku merasakan ruhku melayang-layang di langit, dan aku melihat jasadku yang masih terbaring. Aku melihat jelas, anak dan istriku tengah menangisi jasadku yang sudah menjadi mayat. Aku merasa heran, mengapa bisa terjadi seperti ini. Apakah aku mimpi? Aku yakinkan kepada diriku, semua ini bukan mimpi. Bukankan selama beberapa bulan aku terbaring sakit.
Tanpa aku megerti, ruhku yang sedang melayang-layang di udara, tiba-tiba masuk kembali ke jasadku yang sedang ditangisi. Aku membuka mata, ketika kurasakan ada tetes air mata membasahi wajahku, rupanya istri dan anakku yang menangisi. Tentu saja mereka kaget tatkala melihat aku membuka mata.
“Bapak belum mati!” teriak anakku yang sulung seraya memegang tanganku. Tentu saja teriakan membuat seisi rumah kaget dan serentak mendekati jasadku.
Aku menatap setiap orang yang berada di ruangan itu. Aneh, aku merasakan badanku tidak sakit, bahkan yang membuat aku tidak mengerti kakiku yang lumpuh bisa digerakkan lagi.
“Allahu Akbar…Subhanallah…Alhamdulillah” aku beberapa kali takbir, tasbih dan hamdallah karena merasa bahagia aku bisa sehat seperti semula. Aku menangis, ketika badanku bisa digerakkan dan aku segera duduk dibantu oleh anakku. Semua yang melihat tampak bengong dan tidak percaya, bukankan beberapa menit yang lalu aku sudah dinyatakan mati? Tapi mengapa sekarang bisa hidup lagi. Sempat ada yang meragukan melihat aku bisa duduk, padahal selama ini, jangankan duduk untuk menggerakkan badan saja sudah tidak bisa.
“Bapak…benarkan bapak hidup lagi!” teriak istriku dengan wajah diliputi kegembiraan.
“Alhamdulillah bapak belum waktunya meinggalkan kalian. Bapak sudah berada di kuburan dan ditanyai oleh malaikat, namun untung saja ada yang menolong bapak yang mengaku sebagai malaikat Jibril yang berbentuk seorang lelaki yang tampan. Bapak ditolong oleh lelaki itu dan dikembalikan ke dunia,” ucapku.
Tentu saja yang mendengar ucapanku, mereka menggelengkan kepala, seolah tidak percaya dengan kejadian yang baru saja aku alami.
Rasa sakit dalam tubuhku serta kakiku yang sudah lumpuh sejak beberapa bulan, sirna seketika. Bahkan ketika aku berdiri, istri, anakku serta keluargaku yang lain nyaris tidak percaya ; bukankah selama ini pun aku tak kuasa untuk berdiri.
“Aneh….kejadian yang aneh,” kudengar kakakku berujar beberapa kali ketika aku bisa berdiri dan berjalan.
Seketika aku langsung bersujud dengan penuh kebahagiaan, “Ya Allah, semua ini adalah rahmat dan karunia Engkau. Engkaulah yang telah menyembuhku sakitku. Aku bertobat dan berilah kesempatan agar aku memperbanyak amal kebaikan di dunia,” ucapku. ***Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar