Halaman

Rabu, 22 Juni 2011

Kaget Bertemu Teman


  Sudah dua hari ini, saya terkena flu sehingga terasa hidung tersebut. Kemarin pulang malam setelah mengajar kepada mahsiswa STIABagasasi. Saya megira hari itu tidak ada jam mengajar, karena masih uas, namun untung saja, mas Anwar sms, saya pun bergegas ke kampus. Rupanya sebagian mahasiswa sudah menunggu. Mereka tidak tahu kalau jadwal telah berubah, saya jam pertama, dan pak Arif jam kedua.
   Kuliah yg sy sampaikan masalah proyeksi 5 tahun ke depan. Mahasiswa ditugaskan menuliskan rencana 5 thn untuk meraih impiah. Saya memberikan beberapa pertanyaan yg harus mereka jawab sejujur-jujurnya. Mereka pun mengerjakan tugas tsb dan harus dikumpulkan.
   Pulang mengajar, kondisi fisik sdh agak terasa ngak enak, padahal harus ngisi juga pengajian rutin jumatan. Saya sdh berniat ngaji di rmh pak Yayat, namun ternyata anak  yg bungsu 'della tdk mau ditinggalkan. Akhirnya saya ketiduran di kamarnya.
   Hari ini kondisi fisik saya tidak stabi. Kepala terasa berat, mungkin masuk angin karena cuaca buruk. Saya diurut dan dipijit oleh Obi yang sudah terbiasa melakukannya, setiap kali saya tidak enak badan.
    Jumat jam 9 saya ingin menggerakkan badan dan berjalan-jalan di Tegalegga, kini sudah berubah karena tidak ada lagi pedagang kaki lima dadakan yang memenuhi setiap tempat. Minggu menjadi arena yang ramai dan padat oleh orang yang berlalu lalang dan penjual berbagai macam ragam jenis barang atau makanan yang diinginkan. Terkadang sesama pejalan kaki saling berdempetan dan harus berjalan pelan-pelan untuk menuju tempat yang ramai.
   Ketika saya sedang berjalan, seseorang mendekati saya. Saya mengamati wajah orang itu, saya pernah bertemu dengannya. Saya teringat teman SMA di Baleendah, namun saya tidak hapal namanya. Dia mengenal nama saya. Kulitnya agak hitam dengan jalan kaki yang tidak tegap. Di balik wajahnya tersimpan beban hidup yang berat, namun terlihat ketegaran jiwanya.
   Yang membuat aku kaget justru dia berkeinginan hidup menyendiri tanpa istri.
     "Saya ingin kembali seperti masa dulu lagi, hidup menyendiri. Terus terang saya takut berdosa tidak bisa memberi nafkah batin. Sudah 4 tahun saya impotens," ujar D, begitu nama pendeknya.
   Saya kaget mendengar pengakuan terus terang itu, apalagi ketika dia mengisahkan perjalanan hidupnya  yang kelam dan banyak perilaku seks yang menyimpang.  "Saya menyadari, selama bertahun-tahun hidup dalam kegelapan dan mengumbar nafsu syahwat yang tidak terkendali, termasuk saya pernah melakukan hubungan sejenis dengan laki-laki." beberapa kali dia menghela napas dan menghisap rokok dalam-dalam dan mengeluarkan kembali.
  Saya terpaku mendengar kisahnya yang sangat mengharukan dan sekaligus membuat bulu kuduk saya berdiri. Baru kali ini saya mendengar pengakuan terus terang seorang teman yang baru bertemu.
  Saya hanya memberi nasihat sederhana saja :"Jangan ceraikan istrimu. Wanita kuat tidak disentuh oleh laki-laki, kalau laki-laki tidak akan kuat. Jadi belajarlah untuk sabar, ikhlas dan tawakal menghadapi semua ini. Boleh jadi, ini adalah yang terbaik, sebab kita tidak pernah tahu, sesuatu keadaan baik menurut kita, belum tentu dalam pandangan Allah. Begitu pula sebaliknya, jelek menurut kita belum tentu dalam pandangan Allah."
   Panjang lebar obrolan kami, sehingga hampir lebih 1 jam perbincangan kami. Beberapa kali dia menyampaikamn ucapan terima kasih bisa berbincang-bincang panjang lebar.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar