Halaman

Minggu, 24 Juli 2011

Ibu yang kehilangan anak dan cucu

       Sudah lebih 25 tahu saya belum bertemu dengan sosok seorang ibu, namun hari sabtu (23 Juli 2011), saya bertemu kembali. Pertemuan kali ini membuat saya terharu dan ikut sedih tidak terkira, sebab ibu itu kehilangan cucu pertama yang sangat disayangi karena tertabrak angkot. Sungguh tragis takdir yang menimpa cucunya. Dia menceriterakan kisah pilunya seraya mencucurkan air mata, sebab belum bisa menerima kepergian cucu kesayangannya, apalagi cucunya itu tengah menuntut ilmu di SMA.
       Saya jadi kembali teringat 28 tahun yang lalu saat bertemu dengan ibu, dia pun tengah dirundung duka nestapa sebab anaknya yang barus berusaia 13 tahun, mati tenggelam di sungai, padahal pagi harinya masih sempat bercengkrama dan makan seperti biasantya, namun siang sudah menjadi mayat. Saya pun hanya bisa bernapas secara mendalam, sebab saya dapat merasakan kepedihan yang sangat mendalam dari bola matanya.
       Anaknya yang ketiga merupakan anak lelaki yang sangat dicintai, namun siang itu seusai pulang sekolah, ada teman-temannya yang mengajak bermain ke sungai. Tentu saja anak itu senang, apalagi selama ini memang seringkali bermain di sawah dandi sungai. Namun hari itu rupanya pertemua terakhr dengan ibunya. Masih terbayang di kelopk matanya, saat anaknya pergi bersama teman-teman bermain ke sungai. Namun entah ada firasat apa yang timbul dalam hatinya, sebab ada perasaan gelisah yang tidak menentu, ia mengkhwatirkan anaknya yang sedang bermai.
     Benar saja ketika menjelang sore, terdengar ribut-ribut dan beberapa orang warga berlarian ke sungai....tentu saja naluri sebagai ibu tidak bisa dibendung, dia pun menanyakan siapa yang tenggelam...ternyata setelah mendengar informsi dari warga bahwa yang tenggelam dan terbawa arus air sungai itu adalah anaknya...maka hancurlah harinya....
      Tidak lama mayat anaknya sudah bisa dibawa dalam keadaan membeku sudah tidak bernapas lagi...pecahlah tangis seorang ibu yang sangat mencintai anakya. beberapa kali ia jatuh pingsan karena belum menerima kepergian anaknya yang sangat dicintai. Air mata sudah tidak bisa dibendug lagi....tadir memang sangatlag meyakitkan....namun apa boleh buat, semua itu atas kehendak Allah.
      Kini musibah terjadi lagi saat cucunya.....meninggal dunia tertabrak kendaraan, saat ia sedang menuntut ilmu bahasa Inggris di sebuah kursus. Sulit dibayangkan hancurnya seorang ibu. saya tak dapat membayangkan betapa hancurnya seorang ibu yang ditinggal cucu kesayangannya...
       Saya hanya bisa berkata :"Insya Allah....semua rencana Allah adalah yang terbaik....meninggalnya cucu ibu maupun anak ibu ...itulah yang terbaik dan insya Allah kesabaran dan ketabahan ibu akan dibalas dengan ganjaran yang melimpah ruah....

Sabtu, 09 Juli 2011

Amang Musa

        Kamis, 5 Juli 2011, Saya mendapat kabar melalui SMS kalau Mang Musa (72) sudah meninggal dunia di rumah sakit Hasan Sadikin., Berita itu membuat saya terkejut, sebab selama ini belum bertemu hanya mendengar saja kalau kondisi fisiknya sangat parah. Boleh jadi, dia merupakan sosok pribadi yang teguh dalam menegakkan kebenaran di muka bumi ini. Di kalangan orang-orang pergerakan, sosok Amang Musa, demikian dipanggil oleh yang lainnya,  merupakan orang tua yang menjadi panutan dan menjadi sosok yang patut ditiru dalam perjuangan. 
     Bahasa sunda sangat kental dalam berkhutbah, ia memang sosok yang selalu mengajak ke teman-temannya untuk selalu berjuang di jalan Allah, sebab itulah jalan hidup yang terbaik. Dalam khutbah pun selalu yang disampaikan adalah semangat untuk berjuang menegakkan kebenaran melawan kezaliman dan jangan mundur selangkah pun untuk berjuang di jalan Allah.
    Boleh jadi, diantara keluarga besar PII, Mang Musa termasuk yang paling tua dan seringkali dimintai nasehat tentang perjuangan, bahkan tidak segan-segan untuk meminta pendapat berkaitan dengan perjuangan. Dia seorang yang konsisten dan memberi semangat kepada anak-anak muda untuk berjuang di jalan Allah. Itu karenanya, selama sehat, dia selalu menghadiri pengajian yang diselenggarakan di CMB, selain memberikan pencerahan, dia pun mendorong anak-anak untuk tampil menjadi pembela agama Allah.
      Ketika akan dikuburkan, banyak sekali  yang berdatangan ke Rancaekek. Rumahnya sangat sederhana, model zaman dulu, namun terlihat sangat besar. Dia menghabiskan sisa-sisa hidupnya dengan terus berdakwah tidak kenal henti...suaranya menembus ke seluruh  jangkauan kaum muslimin. Semua yang hadir di pemakaman sudah memahami kalau beliau memang sosok yang patut diteladani dalam perjuanganj.
     Kami hanya bisa mendoakan semoga saja -perjuangan di jalan mendapar ridho dari Allah dan memperoleh karunia dari Allah SWT.

Bapaknya Meninggal Dalam Keadaan Tertidur

      SETIAP orang pada dasarnya akan mengalami kematian. Kematian merupakan misteri yang tidak pernah tahu kapan peristiwa itu terjadi pada seseorang. Hanya yang jelas, kematian akan dirsakan oleh siapapun, tidak ada terkecuali. Berbeda ragamnya kematian yang dialami oleh masing-masing orang. Namun yang membuat aku terperangah adalah kematian yang dialami oleh seorang temanku, yang  yang menceriterakan kalau bapaknya meninggal dunia dalam keadaan sedang tertidur, sama sekali tidak ada tanda-tanda akan berpisah dengan bapaknya.
    Seperti biasa bapaknya suka tidur sore,. Tidak ada seorang pun yang berani menganggu. Tidak ada firasat apapun yang terjadi di keluarganya, hanya saja sekitar sebulan yang lalu, adiknya yang bungsu meninggal dunia terkena strum listrik dan tidak ada seorang pun yang mengetahui akan kematiannya, padahal anak itu merupakan kesayangan ayahnya. sejak kematian anaknya yang tersetrum listrik, sejak itu pula bapaknya murung dan merasa terpukul, sebab anak itu merupakan anak kesayangan dan sangat rajin sekali beribadah.
    "Sejak kemaitian anaknya yang bungsu, bapakku jadi suka melamun,,,kerapkali memanggil nama anaknya dan berjalan menuju kuburan mengajak anaknya melaksanakan sholat..." tutur Mimin Mintarsih saat menceriterakan kisah duka yang dialaminya. 
    Adapun peirstiwa kematian yang dialami bapaknya, membuat Mimin sampai sekarang sulit untuk melupakan. "Bukan apa-apa, sebab saya sendiri yang membangunkan bapak untuk melaksanakan sholat magrib...namun ketika dibangunkan betapa saya kagetm sebab semua badannya bergoyang.....saya berteriak memanggil ibu saya!" ceritera Mimin mengenang masa lalu yang membuatnya terpukul atas kematian ayah.
   "Sama ekali tida ada tanda-tanda bapak akan meninggal dunia, soalnya siang hari masih mengonrol masih berjalan, masih makan dan minum sebagaimana biasanya, namun ketika magrib ternyata sudah tidak ada nyawa. Sama sekali tidak terdengar saat sakaratul maut.....justru bapak seperti tertidur pulas....!" katanya.
    Aku menggelengkan kepala merasa kagum kematian yang dialami oleh bapaknya. Warga desa di sekitar Banjaran pun merasa kaget  mendengar kematian pak Adang,  yang sama sekali tidak ada kabar menderita sakit....
    Mimin menuturkan kalau selama hidupnya, bapaknya tidak pernah merepotkan orang lain, bahkan ketika suatu ketika sakit, dia pergi sendiri ke rumah sakit, dan ternyata di rumah sakit harus dirawat karena menderita peyakit yang cukup serius. Tentu saja, keluarga kaget sebab bapak tidak memberitahukan akan dirawat di rumah sakit. "Pokoknya luar biasa dengan bapakku....jarang bicara dan tidak menyusahkan orang lain...maka wajar kalau kematiannya pun tidak  menyusahkan orang olain!" ujarnya.***